Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Soal Pesta Bir saat Lockdown Pandemi Covid, Boris Johnson: Saya Dipaksa Mengundurkan Diri karena Laporan Partygate

Susi Susanti , Jurnalis-Sabtu, 10 Juni 2023 |14:18 WIB
Soal Pesta Bir saat <i>Lockdown</i> Pandemi Covid, Boris Johnson: Saya Dipaksa Mengundurkan Diri karena Laporan <i>Partygate</i>
Mantan PM Inggris Boris Johnson saat pesta ketika pandemi Covid-19 (Foto: BBC)
A
A
A

LONDON Mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson segera mengundurkan diri sebagai anggota parlemen (MP) Tory setelah menerima salinan awal dari laporan Partygate.

Laporan oleh Komite Hak Istimewa yang dipimpin MP menyelidiki apakah dia 'menyesatkan' Parlemen tentang pesta minum minaman keras (miras) yang melanggar pembatasan pandemi Covid-19 di Downing Street.

Mantan PM itu dengan marah menuduh penyelidikan mencoba "mengusir dirinya".

Komite Hak Istimewa mengatakan Johnson telah "meragukan integritas" House of Commons.

Komite tersebut mengatakan telah "mengikuti prosedur dan mandat DPR setiap saat" dan akan bertemu pada Senin (12/6/2023) untuk segera menerbitkan laporannya.

Dalam pernyataan pengunduran dirinya kala itu, dia mengatakan proses itu adalah "definisi pengadilan kanguru".

Johnson menerima salinan pada Kamis (8/6/2023) dan mengklaim itu "penuh dengan ketidakakuratan dan berbau prasangka".

Dia mengaku agak 'menyesatkan' Parlemen ketika dia memberikan bukti kepada Komite Hak Istimewa dalam sidang yang agresif pada Maret lalu, tetapi membantah melakukannya dengan sengaja.

Dia mengatakan telah memberlakukan jarak sosial pada pertemuan di Downing Street selama penguncian Covid.

"Saya tidak berbohong, dan saya percaya bahwa dalam hati mereka panitia mengetahuinya,” terang pernyataan Johnson.

Dia melanjutkan bahwa "tujuan panitia sejak awal adalah untuk menemukan saya bersalah, terlepas dari faktanya".

Pernyataan itu selanjutnya mengkritik arah pemerintahan konservatif saat ini.

Dan Johnson tidak mengesampingkan kembali ke politik, mengatakan "sangat sedih meninggalkan Parlemen - setidaknya untuk saat ini".

"Sangat menyedihkan meninggalkan Parlemen - setidaknya untuk saat ini - tetapi di atas segalanya saya bingung dan terkejut bahwa saya dapat dipaksa keluar, secara anti-demokratis, oleh sebuah komite yang diketuai dan dikelola, oleh [Partai Buruh] ] Harriet Harman, dengan bias yang begitu mengerikan,” terangnya.

Dia mengklaim "pengunduran dirinya secara terpaksa" adalah "langkah pertama yang diperlukan" oleh beberapa orang yang menentangnya, "untuk membalas dendam atas Brexit dan akhirnya membalikkan hasil referendum 2016".

Pengunduran dirinya akan memicu pemilihan sela di daerah pemilihannya di Uxbridge dan South Ruislip.

Johnson adalah PM dari Juli 2019 hingga September 2022, dan telah menjadi anggota parlemen sejak 2001, meskipun tidak terus-menerus - menjabat sebagai walikota London antara 2008 dan 2016.

Sementara itu, mantan pegawai negeri senior Sue Gray, yang memimpin penyelidikan skandal Partygate, juga menerima kritik dari Johnson, yang mengatakan dia tidak lagi percaya "bahwa kebetulan" bahwa dia akan segera menjadi "kepala staf yang ditunjuk" dari pemimpin Buruh.

Wakil pemimpin buruh Angela Rayner mengutuk apa yang disebutnya "opera sabun Tory yang tidak pernah berakhir ini".

Wakil pemimpin SNP Westminster Mhairi Black mengatakan Johnson "melompat sebelum dia didorong", menambahkan tidak seorang pun di Skotlandia akan menyesal melihat kepergiannya.

Namun, mantan menteri dalam negeri Priti Patel memuji Johnson atas pekerjaannya sebagai perdana menteri dalam masalah Ukraina dan Brexit, menggambarkannya sebagai "raksasa politik".

Ketua asosiasi Konservatif lokal Boris Johnson, Richard Mills, mengatakan mantan PM itu "telah memenuhi janjinya kepada penduduk setempat".

Sebelumnya pada Jumat (9/6/2023), daftar penghargaan pengunduran diri Johnson diterbitkan, di mana sejumlah anggota parlemen yang menjabat kala itu ikut ditampilkan.

Salah satunya, Sir Michael Fabricant, mengkritik Komite Hak Istimewa atas apa yang dia sebut sebagai "perlakuan yang memalukan" terhadap mantan PM tersebut.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement