Ketika itu Mayor Gunawan tengah disibukkan dengan beberapa penelitian terkait peralatan dan prosedur. Sebagai staf, Lettu Soegito melaksanakan sepenuhnya program yang tengah dijalankan komandannya. Selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Gagal latihan komando, namun malah memberikan kesempatan kepada Soegito untuk menambah jam terjun.
Sebagai salah seorang perwira yang bertanggung jawab dalam riset penerjunan, mau tidak mau ia harus total selama proses penelitian supaya bisa memberikan laporan lengkap kepada atasannya. Secara umum, Soegito menikmati tugasnya sebagai staf Mayor Gunawan. Apalagi tim dapat uang saku, membuat Soegito semakin senang.
Di akhir riset, Soegito menyerahkan laporan hasil kegiatan kepada Mayor Gunawan. Baru saja selesai menjadi staf Mayor Gunawan, datang lagi perintah untuk membantu Mayor Inf Heru Sisnodo di Pusdik RPKAD di Batujajar. Saat ditemui Soegito, Mayor Heru sudah menjadi salah satu pimpinan di Batujajar.
Anehnya Mayor Heru, Soegito yang nyata-nyata gagal mengikuti pelatihan komando malah diberi tugas merevisi kurikulum latihan komando. Terang saja Soegito keberatan, yang sayangnya tak digubris. Malah Mayor Heru mengalihkan pembicaraan rencana-rencana penerjunan.
Alhasil dari kegiatannya membantu Mayor Gunawan dan Mayor Heru berakumulasi kepada peningkatan jumlah jam terjun yang sangat signifikan. Bisa dibilang hingga saat itu, jam terjun Soegito paling tinggi dari semua perwira lulusan AMN 61.
Karena jam terjun yang cukup banyak itu, di kemudian hari di atas wing terjunnya ditambahkan bintang dan bintang merah sekembalinya Dili tahun 1976. Di sela-sela tugas sambil menunggu dibukanya pendidikan komando, Soegito memeriksakan ke dokter mencari tahu penyebab sakit di kakinya yang menyebabkannya gagal mengikuti pendidikan komando.