Ujung rantai sepanjang 5 meter itu tertanam di lantai gubuk membuat gerak hidup Adi hanya sebatas panjang rantai tersebut. Meski dalam keadaan terbelenggu, dia masih bisa merebus air untuk membuat kopi bagi dirinya sendiri.
“Sebelumnya ia sempat juga dipasung. Namun karena pasung itu membuatnya rebah tak berdaya maka diganti dengan rantai besi, “terang Kusnoto yang juga tetangga Adi.
Guncangan jiwa yang mengubah Adi terjadi paska tragedi kemanusiaan Gestapu. Usai menjalankan tugas sebagai algojo pencabut nyawa orang-orang yang dianggap antek dan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), Adi merantau ke Palembang Sumatera Selatan. Bersama beberapa rekan yang juga berasal dari satu desa, ia membuka hutan.
Hampir seluruh pepohonan yang berada pada jarak pandangnya ia tebangi. Ia bersihkan semak, onak dan duri yang dianggap menghalangi. Adi tengah menyiapkan lahan yang luas untuk perkebunan kopi. Rencananya ia akan menetap disana sebagai pengusaha kopi.
“Tujuh tahun kami hidup bersama di Palembang, “papar Kusnoto.
Gejala aneh mulai terlihat ketika Adi mengeluh jika dirinya selalu diikuti bulan. Kemanapun dia pergi, satelit bumi itu selalu mengikuti langkahnya.