“Itu yang membuatnya gelisah dan selalu mondar mandir setiap malam. Katanya dia tengah menghindari bulan yang terus mengikutinya,“ terang Kusnoto.
Pada saat bersamaan malaria tropis menyerang. Selain Adi, dua orang rekannya yang ikut membabat hutan juga menderita penyakit yang sama. Satu orang meninggal dunia, dan satu orang lainya tidak diketahui rimbanya. Namun sebelum hilang, warga Desa Podorejo ini juga dianggap tidak waras.
Mansyur, keponakan Adi, mengatakan bahwa pamannya langsung dibawa pulang ke kampung halaman begitu keluarga mendengar dia menderita sakit di perantauan.
“Dibawa pulang sekitar tahun 1973. Pada saat pertama, emosinya tidak terkendali. Selain ngoceh sendiri, masih sering mengamuk,“ ujarnya.
Kondisi ekonomi yang terbatas membuat keluarga tidak bisa banyak memberikan perawatan medis. Dan karena kondisi kejiwaannya membuat Adi berbahaya bagi masyarakat, keluarga memutuskan untuk memasungnya.
(Rahman Asmardika)