Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sejarah Istana Bogor, Kediaman 38 Gubernur Jenderal Hindia Belanda hingga Jepang

Ajeng Wirachmi , Jurnalis-Kamis, 22 Juni 2023 |08:01 WIB
 Sejarah Istana Bogor, Kediaman 38 Gubernur Jenderal Hindia Belanda hingga Jepang
Istana Kepresidenan Bogor (foto: dok hotelsalak)
A
A
A

ISTANA BOGOR, satu dari enam istana kepresidenan yang dimiliki Indonesia. Bangunan bersejarah ini terletak di Kelurahan Paledang, Kota Bogor, Jawa Barat. Secara garis besar, Istana Bogor berada 60 km dari Jakarta dan 43 km dari Istana Cipanas.

Dibangun di atas lahan seluas 28,86 hektare dengan ketinggian 290 meter di atas permukaan laut, Istana Bogor menjadi kediaman favorit para presiden Indonesia termasuk Joko Widodo.

Bangunan yang memiliki sejarah panjang ini merupakan kediaman bagi 38 gubernur jenderal Hindia Belanda dan satu gubernur jenderal Inggris. Pembangunan awal Istana Bogor diinisiasi oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda G.W Baron van Imhoff. Ia mencari sebuah lokasi baru yang akan dijadikan tempat istirahat bagi pekerja dan pegawai pemerintahan Hindia Belanda.

Imhoff lantas menemukan lokasi pembangunan hunian itu pada 10 Agustus 1744 dan membuat sketsa bangunan. Saat proses pembuatan sketsa, Imhoff menginduk pada arsitektur Blenheim Palace di Inggris yang digunakan sebagai kediaman Duke of Marlborough.

Beberapa tahun setelah dibangun, bangunan tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah akibat pemberontakan Perang Banten yang berlangsung selama 4 tahun (1750-1754). Pasukan Banten menyerbu bangunan Istana Bogor yang kala itu berada di wilayah bernama Tanah Baroe. Karena mengalami kerusakan parah, bangunan direnovasi dengan tetap mempertahankan arsitektur aslinya.

Selanjutnya, bangunan istana kembali mengalami perluasan pada tahun 1808, ketika Gubernur Jenderal Willem Daendels memerintah. Melansir laman Kementerian Sekretariat Negara, Daendels melakukan pelebaran di bagian kanan dan kiri gedung, serta gedung induk. Di masa Daendels, gedung induk Istana Bogor dipercantik dan menjadi dua lantai.

Perluasan demi perluasan terus dilakukan pada masa gubernur jenderal selanjutnya, termasuk Baron van der Capellen. Ia mendirikan menara dan lahan di sekeliling bangunan. Lahan tersebut kemudian dikenal dengan nama Kebun Raya, yang diresmikan pada 18 Mei 1817. Proyek Kebun Raya sendiri ditangani oleh Direktur Urusan Pertanian, Kerajinan, dan Ilmu-ilmu di Hindia Belanda sekaligus guru besar bernama C.G.C. Reinwardt.

Bangunan Paleis Buitenzorg baru bisa dirampungkan hingga memiliki bentuknya yang seperti sekarang di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Charles F.P. de Mortanges tahun 1856-1861. Kemudian, tahun 1870, Paleis Buitenzorg ditetapkan secara resmi sebagai kediaman resmi para gubernur jenderal Hindia Belanda.

Gubernur jenderal yang terakhir menempati bangunan ini adalah Tjarda van Starckenborg Stachouwer. Dengan terpaksa, ia harus menyerahkan bangunan itu kepada Jenderal Immura, ketika Jepang masuk ke Nusantara.

Paleis Buitenzorg mulai digunakan pemerintah Indonesia pada tahun 1950, setelah resmi diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Namanya pun berubah nama menjadi Istana Kepresidenan RI Bogor. Pemerintah juga melakukan beberapa renovasi, seperti yang terjadi pada tahun 1952.

Selain menjalankan fungsi sebagai kantor urusan kepresidenan dan kediaman resmi Presiden Republik Indonesia, Istana Bogor pernah pula menjadi tempat diselenggarakannya Konferensi Lima Negara pada 28-29 Desember 1954 serta tempat pertemuan para pemimpin APEC pada 15 November 1994.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement