Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Kesetiaan Istri Ronggolawe, Pilih Mati Ikuti Suami yang Gugur Perangi Majapahit

Rahman Asmardika , Jurnalis-Selasa, 27 Juni 2023 |06:01 WIB
Kisah Kesetiaan Istri Ronggolawe, Pilih Mati Ikuti Suami yang Gugur Perangi Majapahit
Foto: Ist.
A
A
A

JAKARTA – Tubuh Ronggolawe yang terbujur kaku disemayamkan di balairung Istana Majapahit setelah Adipati Tuban itu gugur dalam peperangan di Sungai Tambak Beras. Dua istri Ronggolawe, Nyi Tirtawati, dan Nyi Mertaraga, tak bisa menahan kesedihan, menangis di sisi jasad sang suami yang tewas sebagai pemberontak Majapahit. 

Raja Majapahit, Raden Wijaya mempersilahkan kedua wanita yang setia itu untuk melihat jasad suaminya.

Dengan penuh duka, Nyi Tirtawati, dan Nyi Mertaraga menciumi jasad Ronggolawe diiringi iska tangis. Namun, setelah selesai berbela sungkawa dengan suara tersendat-sendat, kedua istri Ronggolawe itu tiba-tiba menghunus keris dan menghujamkannya ke dada mereka masing-masing.

Tubuh kedua wanita itu pun ambruk, tergelatak tak bernyawa lagi kaki jasad Ronggolawe. Mereka memilih melakukan Sati mengikuti suaminya. Sati adalah tradisi bela pati untuk orang terkasih, sebuah ritual kematian dengan cara membakar diri atau menusukkan keris pada tubuh sendiri.

Kerajaan Majapahit kemudian menyucikan jenazah Ronggolawe beserta kedua istrinya melalui sebuah upacara.

Dalam Serat Ranggalawe karya R. Ranggawirawangsa, keinginan bela pati disampaikan kedua istri Ronggolawe di saat seluruh isi Kadipaten Tuban menangis.

"Kedua putri itu segera memastikan diri untuk ikut bela pati seiring dengan ajalnya sang suami," tulis R. Ranggawirawangsa.

Kabar kematian Ronggolawe dalam pertempuran melawan pasukan Majapahit di aliran Sungai Tambak Beras, membuat semua berduka. Di Kabupaten Tuban. Arya Wiraraja atau Arya Adikara atau Banyak Wide, ayah Ronggalawe sontak terdiam sekaligus tertunduk lesu.

Ronggolawe adalah satu-satunya putra yang di pundaknya ia menaruh harapan tinggi, cita-cita dan kebesaran. Memang, Adipati Ronggolawe adalah sosok yang pandai, beranian sekaligus berjiwa kesatria. 

Raden Soreng, nama kecil Ronggolawe juga disegani lawan maupun kawan dan berjasa besar mendukung berdirinya Kerajaan Majapahit.

Bersama Lembu Sora, dan Nambi, serta para loyalis Raden Wijaya lainnya, Ronggolawe bertempur habis-habisan mengusir ratusan ribu prajurit Pemimpin Perang Mongol Khubilai Khan. Dia juga berdampingan dengan Raden Wijaya berperang melawan pasukan Kediri.

Di saat Raden Wijaya masih dikejar-kejar pengikut Jayakatwang, Banyak Wide yang kala itu masih menjabat sebagai Adipati Sumenep, menjadi pelindung Raden Wijaya. Banyak Wide jugalah yang memberikan gagasan kepada Raden Wijaya untuk membuka hutan Tarik sebagai wilayah berdirinya Kerajaan Majapahit.

Banyak Wide hanya bisa tertegun dan merenung. Ronggolawe, putranya telah gugur secara tragis. Mati dengan cap sebagai pemberontak karena melawan Kerajaan Majapahit. Kerajaan yang ia pernah ikut mendirikannya.

Ronggolawe memimpin prajurit mengangkat senjata menghadapi Majapahit karena menolak pengangkatan Nambi sebagai mahapatih. Namun, di hari kelima peperangan Ronggolawe gugur setelah berduel dengan Mantri Jaladi Kebo Anabrang.

Mendengar kabar kematian suami mereka, Nyi Tirtawati dan Nyi Mertaraga, langsung meminta restu ayahnya, Ki Ageng Palandhongan untuk melakukan Sati. Kaki Ki Ageng Palandhongan dan istri, dicium sekaligus memohon pamit.

Keesokan harinya. Diiringi upacara, rombongan dari Kadipaten Tuban berangkat menuju Kerajaan Majapahit. Ki Ageng Palandhongan dan Arya Adikara mengiringi kedua istri Ronggolawe yang ingin bertemu jenazah suaminya yang berada di Istana Majapahit.

Kuda Anyampiani, putra Ronggolawe yang masih berusia anak-anak, turut serta. Setiba di Majapahit, rombongan disambut langsung Raden Wijaya. Di depan Banyak Wide, dengan wajah muram, Raja Wijaya menyatakan rasa duka yang mendalam. Meski akhirnya harus berperang, baginya Ronggolawe sudah seperti saudara.

"Agaknya sudah menjadi nasibku pula, memiliki saudara terkasih harus putus dan kehilangan sampai di sini," kata Raden Wijaya kepada Banyak Wide.

"Semua telah menjalani takdirnya masing-masing. Rasanya dinda Ronggolawe tidaklah mati. Dia hanya pergi tanpa pamit padaku lebih dulu," kata Raden Wijaya seperti dikisahkan dalam Serat Ranggalawe.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement