Pawadiman Djojodigdo menempa diri dengan menempuh laku riyadhoh (tirakat) serta berkelana, berguru pada orang–orang yang memiliki kemampuan spiritual. Salah satu guru spiritual Pawadiman Djojodigdo adalah Raden Mas Suryo Diatmojo, putra Kiai Zakaria, ulama besar Kraton Yogyakarta, yang juga dikenal sebagai Eyang Jugo atau Mbah Jugo.
Mbah Jugo juga salah satu pimpinan pasukan laskar Diponegoro, yang terpaksa menyamar untuk menghindari kejaran. Nama Jugo ia peroleh saat masih bermukim di Desa Jugo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.
Mendengar Blitar merupakan wilayah yang rawan dengan banyak begal dan perampok sakti berkeliaran, Pawadiman Djojodigdo menawarkan diri pada Bupati Blitar, Kanjeng Adipati Warso Koesoemo untuk mengatasi gangguan tersebut.
Tawaran itu pun diterima oleh Adipati Warso Koesoemo. Djojodigdo dikenal memiliki ajian Pancasona sehingga membuat para begal ketakutan dan menyingkir. Ajian Pancasona dalah kesaktian tingkat tinggi, yang konon membuat pemiliknya tak bisa dibunuh dan bisa hidup lagi.
Atas keberhasilannya mengamankan Blitar, Kanjeng Adipati Warso Koesoemo pada September 1877.