Setelah lulus dari sekolah tersebut, B.M. Diah mulai bekerja di Harian Dinar Deli sebagai redaktur. Setahun kemudian, ia kembali ke Jakarta untuk bekerja di Harian Sin Po sebelum akhirnya mendirikan usahanya sendiri, yakni Bulanan Pertjatoeran Doenia.
Lalu pada 1942 B.M. Diah menjadi penyiar di Radio Hoso Kyoku dan merangkap sebagai pembantu editor di Asia Raja.
Adapun kisah penyelamatan teks proklamasi yang asli bermula dari B.M. Diah yang bertugas sebagai saksi saat para tokoh PPKI melakukan pertemuan untuk merumuskan teks proklamasi.
Kala itu, setelah teks selesai ditulis oleh Soekarno, teks tersebut kemudian diberikan kepada wakil pemuda untuk meminta persetujuan, barulah teks tersebut diketik ulang oleh Sayuti Melik menggunakan mesin tik.
Begitu naskah selesai diketik ulang, naskah asli teks proklamasi dianggap sudah tak penting sehingga Sayuti Melik membuangnya ke tong sampah. Namun, B.M. Diah menemukan teks asli tersebut dan merapihkannya kembali sebelum ia simpan di buku catatan yang ia bawa.