Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Profil Fernando Villavicencio, Capres Ekuador yang Ditembak Mati saat Kampanye

Rahman Asmardika , Jurnalis-Jum'at, 11 Agustus 2023 |13:48 WIB
Profil Fernando Villavicencio, Capres Ekuador yang Ditembak Mati saat Kampanye
Fernando Villavicencio. (Foto: Reuters)
A
A
A

QUITO – Kandidat calon presiden (Capres) Ekuador Fernando Villavicencio yang ditembak mati usai kampanye politik di Quito pada Rabu, (9/8/2023) adalah seorang tokoh yang memiiki rekam jejak panjang di negara Amerika Selatan itu.

Villavicencio dikenal dengan sikap anti-korupsinya yang tegas, baik sebagai seorang pemimpin serikat pekerja, jurnalis, politikus, atau anggota dewan. Sikap inilah yang membuatnya kerap menjadi antagonis bagi kalangan penguasa Ekuador. 

Pria berusia 59 tahun itu menjadi terkenal saat dia, sebagai pemimpin serikat pekerja di perusahaan minyak negara, Petroecuador, memainkan peran penting dalam mengungkap skandal suap yang akhirnya mengarah pada hukuman terhadap mantan Presiden Rafael Correa.

Lahir di sebuah kota kecil di provinsi tengah Chimborazo dari keluarga miskin, Fernando Villavicencio pindah ke Quito saat remaja. Menurut teman Juan Carlos Calderón, direktur organisasi berita investigasi Plan V, Villavicencio menyelesaikan pendidkan sekolah menengah atasnya melalui kelas malam.

Calderon, teman sekelas Villavicencio di Universitas Pusat Ekuador, menggambarkan pria yang saat itu menjadi mahasiswa jurnalistik, sebagai penganut paham kiri yang bersemangat dan pendebat yang hebat.

“Saya selalu melihatnya sebagai orang yang sangat berani, sangat kuat dalam segala hal yang dia lakukan,” kata Calderon sebagaimana dilanisr New York Times. "Dia tidak pernah benar-benar berhenti menjadi seperti itu."

Selama dua dekade, Villavicencio bekerja dalam jurnalisme investigasi, dengan fokus pada korupsi di sektor minyak.

“Ini, di antara banyak hal lainnya yang memicu kemarahan, kemarahan mereka yang berkuasa,” kata Mauricio Alarcón Salvador, direktur Transparency International di Ekuador.

Sebagai seorang jurnalis, Villavicencio memperoleh dokumen tentang program pengawasan pemerintah yang dia kirim ke WikiLeaks tetapi akhirnya menerbitkannya sendiri. Beberapa karyanya menyebabkan ancaman pembunuhan dan dakwaan yang dikritik secara luas karena bermotivasi politik.

Dia bekerja bersama politikus Clever Jiménez dan aktivis Carlos Figueroa, yang bersamanya di rapat umum kampanye tempat dia ditembak.

Aksinya ini membuat.Mantan Presiden Ekuador, yang berkuasa dari 2007 hingga 2017 itu juga memerintahkan persekusi yudisial terhadap Villavicencio, menggerebek rumahnya dan mengancam keluarganya.

Pada 2014 Villavicencio melarikan diri ke wilayah Pribumi Sarayaku di Amazon Ekuador setelah dia dijatuhi hukuman 18 bulan penjara penjara karena tuduhan pencemaran nama baik atas pernyataan yang dibuat terhadap Correa. Dia juga menghabiskan enam bulan bersembunyi pada 2017 sebelum mencari suaka politik di Peru.

Pada 2017, Correa akhirnya lengser dan Villavicencio kembali ke Ekuador. Pengadilan federal menyatakan dia tidak bersalah, dan dia terus menerbitkan investigasi korupsi dan mengajukan pengaduan ke jaksa agung Ekuador.

Tekadnya untuk menghapuskan impunitas dan korupsi dari Ekuador mendorong Villavicencio masuk ke dalam dunia politik. Pada 2021 dia memenangkan kursi di Majelis Nasional, hingga Mei, ketika badan legislatif dibubarkan oleh Presiden Guillermo Lasso, yang menghadapi proses pemakzulan atas tuduhan penggelapan.

Dia kemudian maju sebagai salah satu calon presiden, mewakili Gerakan Membangun Ekuador, sebuah koalisi yang luas, dan mengkampanyekan isu-isu seperti keamanan pribadi di Ekuador, yang telah dilanda kekerasan terkait perdagangan narkoba.

Villavicencio menjadi salah seorang kandidat yang akan memperebutkan suara pada pemilihan umum 20 Agustus mendatang sebelum ditembak mati pada Rabu dalam pembunuhan yang mengguncang Ekuador.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement