Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Penjelasan KLHK Terkait Kualitas Udara Jakarta Alami Peningkatan Emiten Polusi

Muhammad Farhan , Jurnalis-Jum'at, 11 Agustus 2023 |15:15 WIB
Penjelasan KLHK Terkait Kualitas Udara Jakarta Alami Peningkatan Emiten Polusi
Ilustrasi polusi udara di Jakarta buruk (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Kualitas udara Ibu Kota DKI Jakarta yang menempati posisi terburuk di dunia menjadi perbincangan publik. Kesehatan dan dampak buruk dari meningkatnya emiten dan polusi itu menjadi perhatian masyarakat khususnya yang tinggal di Jakarta.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PPKL KLHK) Sigit Reliantoro menjelaskan, kualitas udara buruk yang terjadi di Jakarta merupakan siklus tahunan.

Dan itu selalu terjadi di antara periode bulan Juni hingga Agustus. Ia mengatakan situasi tersebut dikarenakan adanya pengaruh oleh udara dari Timur Indonesia yang kering.

"Jadi kalau dari segi siklus memang bulan Juni, Juli, Agustus itu selalu terjadi peningkatan pencemaran di Jakarta karena dipengaruhi oleh udara dari Timur yang kering," ujar Sigit di ruang rapat Kalpataru, Gedung B KLHK, Jakarta Timur, Jumat (11/8/2023).

 BACA JUGA:

Lebih lanjut, Sigit merinci penyebab dari tercemarnya kualitas udara berdasarkan aktivitas ekonomi yang menggunakan bahan bakar baik dari masyarakat maupun industri. Ia menyebutkan rincian tersebut berdasarkan hasil kajian inventarisasi industri pencemar udara di DKI Jakarta sejak tahun 2020.

"Jadi kalau dari segi bahan bakar yang digunakan di DKI Jakarta itu bahan bakar itu adalah sumber emisi. Itu adalah dari batubara 0,42% dari minyak itu 49%, dan dari gas itu 51%. Kalau dilihat dari sektor-sektornya maka transportasi itu 44% industri 31%, industri energi manufaktur 10%, perumahan 14% dan komersial 1%," jelas Sigit.

Dia pun mengungkapkan adanya pengaruh gas emiten terhadap kualitas udara yang berasal dari pembuangan manufaktur Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yang menghasilkan gas Co2 (Karbondioksida).

"Ini lebih didetilkan lagi oleh kajian tersebut bahwa kalau Co2 memang berasal dari PLTU manufacturing. Jadi manufacturing, pembangkit tenaga listrik dari industri manufacturing 61, 96%," Sigit menambahkan.

"Kalau yang lainnya moxco PM 10 PM 2,5 karbon kemudian organik karbon itu sebagian besar disebabkan oleh kendaraan bermotor."

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement