Alhasil oleh para TKR dan pemuda Malang sejumlah bangunan peninggalan Belanda yang berjumlah ratusan di Malang sengaja dibakar. Hal ini untuk meminalisir dan menahan pergerakan Belanda di Kota Malang. Barulah usai rangkaian perang mempertahankan kemerdekaan, baik melalui agresi militer I dan II, pemerintah Indonesia kembali membangun ulang sejumlah bangunan peninggalan tersebut termasuk balai kota, Wisma Tumapel, sekolah, dan alun – alun bundar.
BACA JUGA:
“Ketika balai kota didirikan lagi dengan peresmian dari Bung Karno, bundaran di depannya itu dikasih tugu itu, jadi tugu itu bukan ikon kota malang, tapi tugu simbol kemerdekaan Indonesia, ditaruh di depannya Balai Kota Malang,” tuturnya.
BACA JUGA:
Usai dibangun kembali, sejumlah bangunan peninggalan Belanda itu difungsikan berbeda – beda, balai kota kembali difungsikan sebagai pusat pemerintahan. Namun Wisma Tumapel yang dulunya penginapan tak berpenghuni dan terbengkalai. Selanjutnya wisma ini akhirnya dibeli dan difungsikan dengan harga yang murah, bangunan ini kemudian dijadikan gedung perkuliahan oleh IKIP Malang, yang kini menjadi Universitas Negeri Malang (UM).
(Fakhrizal Fakhri )