Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Sultan Agung Murka Kirim Wabah ke Makkah, Luruh oleh Serban Hitam

Solichan Arif , Jurnalis-Kamis, 31 Agustus 2023 |09:56 WIB
Kisah Sultan Agung Murka Kirim Wabah ke Makkah, Luruh oleh Serban Hitam
Raja Mataram, Sultan Agung. (Foto: Ilustrasi/Dok Ist)
A
A
A

SULTAN Agung Hanyokrokusumo atau Raden Mas Rangsang (1593) digambarkan sebagai raja yang digdaya, sakti, cerdas dan pintar. Sultan Agung dikisahkan pernah mengguncang dan menaklukkan Kota Makkah, Arab Saudi dengan mengirimkan sebuah malapetaka wabah penyakit mematikan dipicu atas murka dari sang raja.

Raja Mataram itu murka lantaran tersingung atas penolakan keras dari pemegang otoritas Kota Makkah saat itu, yakni Imam Syafi’i. Wabah penyakit sengaja dikirimkan lewat Penguasa Pantai Selatan, yakni Ratu Nyi Roro Kidul untuk meredakan amarah Sultan Agung.

Murkanya Sultan Agung itu bisa reda setelah Kanjeng Sunan Kalijaga turun tangan ikut menenangkan dengan memberinya sebuah hadiah istimewa berupa serban hitam bekas Nabi Muhammad SAW.

 BACA JUGA:

Serban itu dikirim Imam Syafi’i lewat Sunan Kalijaga sebagai permintaan maaf.

Dalam Babad Nitik Sarta Cabolek diceritakan berawal kebiasaan Sultan Agung Salat Jumat di Makkah berujung membuat terjadinya malapateka besar. Atas kesaktiannya itu, Sultan Agung bisa sekejap mata berada di Kota Makkah untuk menunaikan ibadah salat.

”Sultan Agung salat di Masjid Makkah setiap hari Jumat,” demikian tertulis di Babad Nitik Sarta Cabolek seperti diringkas de Grave (2001. 176-177). Usai Salat Jumat di Makkah, Sultan Agung menemui Iman Supingi, ulama besar pemegang otoritas di Makkah.

Iman Supingi yang dimaksud adalah Imam Syafi’i, salah satu Imam yang dikenal dari empat madzab dalam ajaran agama Islam. Pelafalan nama Imam Syafi’i menjadi Iman Supingi, karena menyesuaikan dengan lidah orang Jawa kala itu.

Usai salat, Sultan Agung saat itu meminta izin kepada Iman Supingi untuk mendirikan sebuah pesarean (makam) di Kota Makkah. Sultan Agung berharap ketika tutup usia nanti, dia bisa bermakam di Makkah yang lokasinya berdekatan dengan makam para nabi.

 BACA JUGA:

Namun permintaan yang disampaikan baik-baik itu, ditolaknya. Dalam cerita legenda yang disampaikan Babad Nitik Sarta Cabolek, Iman Supingi melakukan penolakan itu dengan alasan bahwa Sultan Agung tidak layak untuk bermakam dekat makam nabi.

Musababnya, Sultan Agung diketahui terlahir dari sebuah pertemuan seorang manusia dengan bangsa jin atau dewa, sehingga keberadaanya dapat meresahkan para nabi. Alhasil, Sultan Agung tidak bisa menerima alasan yang diutarakan Iman Supingi tersebut.

Raja Jawa itu seketika tersinggung. “Sultan Agung murka,” demikian yang tertulis dalam buku “Naik Haji di Masa Silam, Tahun 1482-1890”. Saat itu langsung Sultan Agung bertolak ke tanah Jawa dengan penuh kekecewaan dengan penuh amarah.

Kala itu, dia mendatangi Pantai Selatan tempat di mana Kanjeng Ratu Kidul atau Nyi Roro Kidul bertakhta. Sultan Agung di sana mengadu. Dalam legenda sejarah Mataram Islam, Kanjeng Ratu Kidul merupakan istri dari raja-raja Jawa.

Kanjeng Ratu Kidul lantas mengusulkan untuk menyerang Makkah dengan cara menyebarkan wabah penyakit. Sultan Agung yang dalam keadaan emosi, langsung mengiyakan. Alhasil, Kanjeng Ratu Kidul kemudian mengirimkan wabah secara gaib ke Makkah.

“Maka Ratu Kidul memerintahkan kepada dua panglimanya, Nyai Ira Kidul dan Nyai Kidul untuk mengepalai pasukan 'lelembut dan teluh' ke Mekkah dan menyebarkan penyakit di sana”.

Dalam riwayat cerita Babad Nitik Sarta Cabolek, disebutkan bahwa Kota Makkah kemudian geger. Malapetaka yang berupa pagebluk meneror Tanah Suci. Maut tiba-tiba merajalela, di mana tiap hari banyak orang mati tanpa sebab yang jelas.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement