BUNG TOMO menikah dengan wanita tambatan hatinya, Sulistina, pada 19 Juni 1947 di Kota Malang. Namun konon, waktu pernikahan tersebut memunculkan sesal di hati Bung Tomo.
Dikutip dari buku "Bung Tomo : Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November" tulisan Abdul Waid, pernikahan ini membuat Bung Tomo merasa bersalah besar.
Pasalnya pemilik nama lengkap Sutomo menikah di masa-masa revolusi, di mana masyarakat Indonesia masih berada di dalam situasi genting.
BACA JUGA:
Hal ini dikarenakan penjajahan yang dilakukan Belanda dan sekutunya, belum berakhir kendati Indonesia memutuskan telah merdeka.
Pada masa-masa itu semua rakyat Indonesia masih dituntut untuk menata kemerdekaan dengan agenda pembangunan, sementara Bung Tomo lebih mementingkan hasrat pribadinya, dengan menikah.
Apa Nama Indonesia pada Zaman Majapahit? Ternyata Ini Sejarahnya
Meski saat itu melangsungkan pernikahan di Malang, dan terlebih dahulu meminta izin dan persetujuan dari kelompok pemuda yang dipimpinnya.
Tomo merasa dirinya seolah dirinya egois dan hanya mencari kenikmatan diri sendiri. Seolah-olah ia merasa sangat berdosa karena pernikahannya diadakan dalam suasana demikian.
Selain itu, sebelumnya Bung Tomo juga sempat mengecam pernikahan yang dilakukan di masa revolusi. Konon hal itu ia sampaikan saat melakukan pidatonya. Tapi justru karena perkataannya itulah menjadikan Bung Tomo seolah bersalah dan menjilat ludah sendiri. Ia terkesan melanggar ucapan sendiri dengan menikahi kekasihnya pada masa-masa revolusi.
Pernikahan ini kala itu juga dipertanyakan oleh banyak pihak. Apalagi dengan pandangan banyak pemuda di masa itu. Perkawinan khususnya yang dilaksanakan di masa revolusi, merupakan adat feodal merupakan ciri egoistis manusia, untuk mengejar kebahagiaan pribadi.
Revolusi menuntut pengorbanan dalam segala hal termasuk perkawinan sebagai kenikmatan pribadi.
(Qur'anul Hidayat)