Warga Dusun Duren yang mengetik naskah buku tersebut, Sumarna, juga mengaku tidak mengetahui kebenaran cerita tentang PKI di wilayahnya termasuk pergantian seluruh pamong usai peristiwa G30SPKI tahun 1965.
"Dulu kan saya ketua Karang Taruna terus sekolah di SMEA. Nah yang bisa mengetik manual itu hanya saya. Jadi saya yang disuruh mengetik narasi itu berdasarkan cerita Mbah Sadiyo," ujar dia.
Meski mengetiknya, namun Sumarno juga mengaku tidak mengetahui pasti penggantian semua pamong Kalurahan karena terkait PKI.
Apalagi menurutnya, saat menyusun itu tidak ada konfirmasi siapa yang diberhentikan dan siapa yang menggantikannya.
Meski begitu, sepanjang sepengetahuannya, ketika zaman geger PKI tahun 1965, di Kalurahan Beji pernah terjadi pergantian lurah sebanyak dua kali. Dan masing-masing hanya menjabat selama beberapa bulan saja. Ia tidak mengetahui apakah pergantian tersebut karena sangkut paut dengan PKI atau hanya mengisi kekosongan jabatan.
(Erha Aprili Ramadhoni)