Dalam perjalanan waktu, Radermacher memiliki beberapa aset dan warisan. Dari warisan yang dimilikinya beliau turut menyumbangkan berbagai aset yang meliputi tanah pribadi di Jalan Kalibesar, koleksi benda dan buku, hingga perpustakaan pribadi.
Dari berbagai sumbangan yang telah diberikan oleh JCM Radermacher lantas membuat himpunan Hindia Belanda tersebut kini menjadi cikal-bakal berdirinya museum dan perpustakaan.
Lalu seiring berjalannya waktu gedung tersebut pernah difungsikan menjadi beberapa program, diantaranya sebagai museum hingga sekolah tinggi hukum di masa kependudukan Jepang.
Lalu secara resmi gedung yang dinamakan Museum Nasional atau Museum Gajah itu diresmikan dan dibuka secara umum pada tahun 1868. Namun seiring berjalannya waktu usai kemerdekaan, lokasi Museum Nasional ini sepenuhnya diberikan dan dikelola oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini.*
(Hafid Fuad)