Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Petaka Keris Sakti Mpu Gandring Merenggut Nyawa Para Raja

Arief Setyadi , Jurnalis-Jum'at, 22 September 2023 |07:08 WIB
Petaka Keris Sakti Mpu Gandring Merenggut Nyawa Para Raja
Ilustrasi keris (Foto: Ist)
A
A
A

KERIS Mpu Gandring meninggalkan petaka hingga merenggut nyawa tiga raja. Kutukan berdarah itu dari sang pembuat yakni Mpu Gandring.

Kisah ini bermula saat Ken Arok memesan sebuah keris untuk menghabisi majikannya sendiri, yaitu Tunggul Ametung. Saat itu, Tunggul Ametung merupakan menjadi akuwu (camat) di Tumapel.

Ken Arok melakukan hal tersebut karena jatuh cinta dengan istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes.

Awalnya Mpu Gandring menjanjikan keris ampuh untuk membunuh Tunggul Ametung yang sakti dalam waktu satu tahun. Namun, baru beberapa bulan, Ken Arok sudah tidak sabar.

Ken Arok nekat merebut keris yang belum sempurna dan menusukkannya ke dada Mpu Gandring hingga tewas. Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengutuk kalau keris itu nantinya akan membunuh tujuh orang penguasa, termasuk Ken Arok dan anak cucunya.

Kisah ini termaktub dalam "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit", dari Prof. Slamet Muljana.

Singkat cerita, Kebo Ijo yang merupakan sahabat karib Ken Arok jadi salah satu korban dari kutukan Keris Mpu Gandring. Berawal Kebo Ijo tertarik dengan keris yang dibawa pulang Ken Arok dari Lulumbang usai terjadi perebutan yang berujung tewasnya Mpu Gandring.

Sesampainya di Tumapel, Kebo Ijo yang suka pamer meminjam keris yang terbuat dari bahan kayu cangkring tersebut. Namun, Ken Arok memanfaatkannya untuk kepentingan pribadinya.

Ken Arok sengaja memperlihatkan keris itu ke Kebo Ijo dengan maksud agar Kebo Ijo tertarik dan meminjamnya. Hingga akhirnya orang-orang akan mengira keris itu milik Kebo Ijo.

Dugaan Ken Arok terbukti, keris yang dipinjam Kebo Ijo dipamer-pamerkan ke banyak orang di istana dan penduduk Tumapel. Tak ayal orang-orang mengira itu keris baru milik Kebo Ijo.

Ketika orang-orang percaya keris itu milik Kebo Ijo, Ken Arok pun menyusun strategi untuk mengambilnya. Ken Arok diam-diam mengamil keris miliknya dari Kebo Ijo, kemudian menghabisi Tunggul Ametung sang penguasa Tumapel.

Pada malam hari ketika situasi sangat sepi, Ken Arok masuk ke rumah Tunggul Ametung yang kedapatan tengah tidur lelap. Tak butuh waktu lama, Ken Arok langsung menghabisi nyawa Tunggul Ametung dengan menusuknya dengan Keris Mpu Gandring hingga tewas seketika.

Keesokan harinya baru diketahui, Tunggul Ametung mati kena tusukan keris yang dikira milik Kebo Ijo. Dengan barang bukti keris yang masih tertancap di dadanya, Kebo Ijo langsung disergap sanak kadang Tunggul Ametung.

Kebo Ijo dikeroyok dan ditusuk dengan keris Gandring lantaran dituduh membunuh Tunggul Ametung. Sementara anak Kebo Ijo yang bernama Kebo Randi, menangis meronta-ronta, melihat ayahnya dianiaya hingga tewas.

Ken Arok yang melihat hal tersebut merasa iba dan berjanji dalam hati akan mengambilnya sebagai pekatik. Pasca menjadi penguasa Tumapel seiring berjalan waktu akhirnya Ken Arok berhasil memerdekakan Tumapel dari Kerajaan Kediri. Namun, tumbal keris Mpu Gandring itu justru kembali ke Ken Arok yang berhasil dibunuh oleh anak tirinya sendiri Anusapati.

Anusapati tahu yang membunuh ayah kandungnya adalah Ken Arok. Saat sedang makan suatu petang, Ken Arok dihabisi oleh orang suruhan Anusapati yang disebut Pangalasan.

Usai menjalankan misinya, sang Pangalasan dibunuh oleh Anusapati saat menghadapnya. Itu dilakukan untuk menghilangkan jejak. Sebab, jika sampai ada yang tahu, nyawa ia dan Ken Dedes juga terancam.

Selang waktu berjalan giliran Anusapati tewas oleh tikaman keris Mpu Gandring yang dilakukan oleh Tohjaya. Anusapati tewas saat ia tengah berjudi sabung ayam. Pasca tewasnya Anusapati, Tohjaya pun naik menjadi raja.

Kematian Anusapati meninggalkan luka bagi anaknya, Ranggawuni, yang mengetahui dalang pembunuh ayahnya adalah Tohjaya. Ranggawuni kemudian menjalin persekutuan dengan Mahisa Campaka, anak Mahisa Wunga Teleng anak keturunan Ken Arok dengan Ken Dedes.

Tohjaya pun tewas ketika melarikan diri karena tikaman pedang Ranggawuni. Ranggawuni pun naik takhta di Tumapel menggantikan Tohjaya.

Saat menjadi raja Tumapel, Ranggawuni bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana. Namun selain dipimpin oleh Ranggawuni, Tumapel saat itu juga dipimpin oleh Mahisa Campaka dengan gelar Narasimhamurti.

Keduanya kemudian mengadakan pemerintahan bersama dengan menyatukan Kerajaan Tumapel dan Kediri. Sejak masa inilah anak turun Tunggul Ametung dalam hal ini Ranggawuni dan anak turun Ken Arok yakni Mahisa Campaka bersatu memimpin Tumapel.

Sejak Ranggawuni dan Mahisa Campaka bertakhta dan menyatukan dua keturunan Ken Arok dan Tunggul Ametung kutukan keris Mpu Gandring akhirnya terputus.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement