AZERBAIJAN - Militer Azerbaijan memamerkan senjata berat yang dirampas di Nagorno-Karabakh, di tengah peringatan ribuan warga sipil tidak memiliki tempat berlindung dan tidur di jalanan setelah separatis Armenia menyerah.
Tank, senjata api dan RPG termasuk di antara hasil tangkapan yang diperlihatkan kepada BBC, yang merupakan akses pertama yang diberikan kepada jurnalis sejak kelompok separatis setuju untuk melucuti senjata mereka minggu ini.
Para pemimpin etnis Armenia mengatakan ribuan orang kehilangan makanan dan tempat tinggal.
Hanya satu kali pengiriman bantuan sebanyak 70 ton makanan yang diizinkan lewat.
Konvoi Palang Merah Internasional merupakan yang pertama mencapai wilayah sengketa tersebut sejak Azerbaijan merebutnya dalam operasi kilat lima hari lalu. Rusia mengatakan pihaknya juga telah mengirimkan bantuan, namun tidak diketahui berapa jumlahnya.
Nagorno-Karabakh – wilayah pegunungan di Kaukasus Selatan – diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi sebagian besar wilayahnya telah dikuasai oleh etnis Armenia selama tiga dekade.
Pada Sabtu (23/9/2023), Armenia mendesak Perserikatan Bangsa-Banga (PBB) untuk mengirim misi untuk memantau hak-hak etnis Armenia di Nagorno-Karabakh, dengan alasan bahwa keberadaan mereka kini terancam.
Azerbaijan membantah tuduhan tersebut, dengan mengatakan pihaknya ingin mengintegrasikan kembali penduduk etnis Armenia di wilayah tersebut sebagai warga negara yang setara.
Setidaknya 200 warga etnis Armenia tewas, termasuk 10 warga sipil, ketika tentara Azerbaijan menyerbu wilayah kantong tersebut awal pekan ini.
Kini, karena mengungsi dari desa-desa dan terpisah dari kerabat, beberapa ribu orang tidur di tenda atau udara terbuka dekat bandara di kota utama Stepanakert, yang dikenal sebagai Khankendi oleh Azerbaijan.
Bandara ini juga dekat dengan pangkalan pasukan penjaga perdamaian Rusia, lima di antaranya tewas dalam pertempuran tersebut.
Pada Sabtu (23/9/2023) Azerbaijan mengatakan pihaknya bekerja sama dengan pasukan penjaga perdamaian Rusia di Nagorno-Karabakh untuk melucuti senjata pasukan etnis Armenia, yang menjadi salah satu tuntutan utama mereka sebagai imbalan atas gencatan senjata.
Di halaman markas militer di Susa, dekat ibu kota wilayah tersebut, para pejabat militer Azeri dengan bangga meletakkan senjata yang diserahkan oleh kelompok separatis.
Barang yang diangkut termasuk sebuah tank T-72, beberapa pengangkut personel lapis baja BMP-2, senapan mesin, senapan serbu, pelindung tubuh, dan ranjau. BBC memperkirakan luas yang terisi setara dengan setengah lapangan sepak bola.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan enam kendaraan lapis baja, lebih dari 800 senjata dan sekitar 5.000 unit amunisi telah diserahkan sejauh ini.
Tidak jelas apa yang akan terjadi pada 120.000 etnis Armenia di Nagorno-Karabakh. Azerbaijan mengatakan pihaknya ingin mengintegrasikan kembali wilayah tersebut. Seorang pejabat Azerbaijan mengatakan kepada BBC bahwa "tidak ada yang akan mengusir siapa pun".
“Jika kami tidak peduli terhadap warga sipil, perempuan dan anak-anak, kami akan memasuki Khankendi,” terangnya.
Pejabat lain mengatakan bahwa militer telah menyiapkan kamp-kamp bagi pengungsi di luar Karabakh yang “siap menerima warga sipil” – tetapi ada banyak ketidakpercayaan di kedua belah pihak dan banyak etnis Armenia mungkin tidak bersedia pindah.
Azerbaijan juga telah mengatakan kepada PBB bahwa mereka akan memperlakukan warga Armenia Karabakh sebagai "warga negara yang setara". Namun nasib mereka sekarang ada di tangan Azerbaijan.
Azerbaijan mengaku masih membayangkan amnesti bagi para pejuang Karabakh yang menyerahkan senjata mereka dan mereka dapat berangkat ke Armenia jika mereka mau.
Armenia juga telah mendirikan fasilitas untuk menampung ribuan warga sipil tetapi Perdana Menteri (PM) Nikol Pashinyan mengatakan dia tidak ingin mereka pergi kecuali terpaksa.
Warga Stepanakert mengatakan kepada BBC bahwa banyak di antara mereka yang cenderung memilih untuk pergi.
"Saya tidak tahu siapa pun yang ingin tinggal di sini. Saya memiliki kerabat dekat lanjut usia yang kehilangan putra mereka dalam perang sebelumnya dan mereka lebih memilih mati di sini," kata jurnalis Siranush Sargsyan.
“Tetapi bagi kebanyakan orang, bagi generasi saya, ini sudah menjadi perang keempat mereka,” lanjutnya.
Senator Amerika Serikat (AS) Gary Peters, yang memimpin delegasi kongres ke perbatasan Armenia-Azerbaijan, mengatakan masyarakat di Nagorno-Karabakh “sangat ketakutan” dan menyerukan pembentukan misi pengamat internasional.
“Saya pikir dunia perlu tahu persis apa yang terjadi di sana,” katanya. “Kami telah mendengar dari pemerintah Azerbaijan bahwa tidak ada yang perlu dilihat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, tapi jika itu masalahnya maka kita harus mengizinkan pengamat internasional untuk melihat,” lanjutnya.
Daerah yang boleh dikunjungi BBC tampaknya sepi dari warga sipil. Hanya polisi, tentara dan beberapa pekerja konstruksi yang terlihat.
Tidak ada senyuman dari pasukan penjaga perdamaian Rusia seperti yang dilihat BBC, dan suasananya serius. Namun sejauh ini, belum ada kekerasan besar sejak penyerahan diri.
(Susi Susanti)