PBB mengatakan tidak ada pihak yang bertikai yang bisa mencapai kemenangan militer yang menentukan.
Jenderal Burhan mengatakan dia “pasti” yakin bisa mengalahkan RSF. Namun dia mengakui pertempuran telah memaksanya keluar dari ibu kota.
“Di Khartoum, misi diplomatik, kementerian, dan seluruh organ pemerintah tidak dapat menjalankan tugasnya seperti biasa,” katanya. “Karena ini adalah zona perang, ada penembak jitu dan operasi militer yang terjadi. Itu sebabnya tidak ada entitas yang bisa bekerja di Khartoum,” lanjutnya.
Ada banyak bukti bahwa warga sipil di Sudan tewas dalam serangan udara tanpa pandang bulu yang dilakukan oleh pasukan Jenderal Burhan di daerah pemukiman, khususnya di Khartoum. Namun sang jenderal membantah warga sipil sengaja dijadikan sasaran.
“Ini tidak benar,” katanya.
“Ada beberapa cerita yang dibuat-buat oleh pasukan pemberontak, mereka membom warga sipil dan memfilmkannya seolah-olah itu adalah angkatan bersenjata. Kami adalah pasukan profesional, kami bekerja dengan presisi dan memilih sasaran kami di wilayah di mana hanya musuh yang hadir. Kami tidak kami tidak mengebom warga sipil dan kami tidak menargetkan daerah pemukiman,” lanjutnya.
Mantan perwakilan khusus PBB untuk Sudan, Volker Perthes, mengatakan kepada Dewan Keamanan awal bulan ini bahwa “seringkali pemboman udara sembarangan dilakukan oleh mereka yang memiliki angkatan udara, yaitu SAF”.
Perang di Sudan telah menghidupkan kembali konflik suku yang sengit, terutama di Darfur di bagian barat, di mana RSF dan milisi pendukungnya dituduh melakukan pembunuhan massal, pemerkosaan dan penyiksaan.
(Susi Susanti)