Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pejabat Majapahit Pencemooh Sumpah Palapa Gajah Mada Berakhir Tragis

Nanda Aria , Jurnalis-Minggu, 24 September 2023 |07:20 WIB
Pejabat Majapahit Pencemooh Sumpah Palapa Gajah Mada Berakhir Tragis
Gajah Mada/Foto: Wikipedia
A
A
A

 

JAKARTA - Gajah Mada dikenal sebagai pemimpin yang cerdik. Maka tak heran Kerajaan Majapahit kala itu menjadi salah satu kerajaan yang disegani di Nusantara.

Bahkan dalam Kakawin Negarakertagama disebutkan Gajah Mada memiliki sifat wiksaneng. Hal ini juga dituliskan oleh Enung Nurhayati dalam bukunya berjudul "Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan".

Wicakseneng sendiri merupakan bahasa Sansekerta yang berarti cerdas, pandai, bijaksana, berpengalaman dalam, mengetahui tentang, ahli dalam.

 BACA JUGA:

Ia pemimpin yang pandai dalam berdiplomasi dan pandai mengatur siasat. Gajah Mada mahir melakukan konsolidasi dan berdiplomasi dengan kerajaan - kerajaan lain di wilayah Nusantara.

Hasil diplomasi ini terbukti banyak lawan yang bertekuk lutut di hadapan Gajah Mada. Strategi perang Gajah Mada pun bisa menjadikan musuh - musuhnya tidak kuasa menghadapi tipu muslihat yang dilakukan Gajah Mada, misalnya saat Gajah menyerang Bali.

 BACA JUGA:

Gajah Mada bisa menetapkan kebijaksanaan dan memformulasikan strategi - strategi untuk mencapai tujuan dalam mengembangkan Majapahit. Gajah Mada mampu membuat satu visi Persatuan Nusantara, sehingga Majapahit mempunyai kekuasaan melebihi Jawa.

Visi Gajah Mada tersebut ditransformasikan ke dalam misi beliau melalui Sumpah Palapa. Berdasarkan misi Sumpah Palapa, selanjutnya ditentukan sasaran dan tujuan segar lebih terperinci untuk dilaksanakan.

Wilayah - wilayah yang menjadi sasaran Gajah Mada yaitu Gurun, Seran, Tanjungpura, Haru Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik. Bahkan dalam sumpahnya, Gajah Mada sesumbar akan berusaha menaklukkan pulau - pulau di luar Majapahit, sebelum ia akan beristirahat.

Tapi sumpah itu justru mendapat hinaan dan cemooh dari para pejabat di Kerajaan Majapahit. Ra Kembar dan Ra Banyak menuding sumpah itu sebagai omong kosong dan tidak masuk akal.

Namun, Gajah Mada tetaplah Gajah Mada, ia mencoba meyakinkan mereka dengan merumuskan strategi - strategi yang praktis untuk menaklukkan wilayah - wilayah yang jadi incarannya.

Akan tetapi Gajah Mada memulai strateginya dengan menangani urusan dalam pemerintahan dari rumusan strategi keluar wilayah. Pelaksanaan awalnya adalah menumpas habis seluruh pejabat yang dianggap menghambat visi misinya.

 BACA JUGA:

Bahkan, di antara mereka yang ditumpas Gajah Mada adalah para Ra Kembar dan Ra Banyak yang awalnya menertawakannya.

Setelah menumpas pejabat Kerajaan Majapahit yang menghalangi visi misinya, strategi - strategi pun diatur untuk menuju kepada tujuan visi misi tersebut. Strategi tersebut didasarkan pada kebijakan - kebijakan yang direalisasikan dalam peraturan hukum.

Peraturan hukum Majapahit diambil dari Kitab Hukum Kutara Manawa, kandungannya yakni ketentuan umum mengenai denda, astadusta atau delapan macam pembunuhan, kawula atau perlakuan terhadap hamba, astacorah atau delapan macam pencurian.

Kemudian ada sahasa atau paksaan, adol - tuku atau jual beli, sanda atau gadai, ahutang - apihutang atau utang piutang, titipan tukon atau mahar, kawarangan atau perkawinan, dan paradara (mesum). Berikutnya, ada drewe kaliliran (warisan), wakparusya (caci maki), dandaparusya (menyakiti), kagelehan atau kelalaian, atukaran atau pertengkaran, bhumi atau tanah, dan duwilatek atau fitnah.

(Nanda Aria)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement