NEW YORK - Calon presiden (capres) dari Partai Republik Amerika Serikat (AS) berhadapan untuk kedua kalinya di panggung debat pada Rabu malam (27/09/2023), tanpa kehadiran mantan Presiden AS Donald Trump. Mereka mencoba mengalihkan perhatian dari mantan presiden tersebut dan tidak membahas masalah hukum yang sedang dihadapi oleh Trump selama debat 120 menit tersebut.
Berikut adalah fakta-fakta menarik mengenai debat Partai Republik AS dilansir dari Forbes:
1. Ramaswamy Mengejutkan Lawan-lawannya
Vivek Ramaswamy, seorang kandidat baru dalam dunia politik, menjadi fokus perdebatan sengit, terutama terkait hubungannya dengan bisnisnya di China atau Tiongkok. Termasuk ketika perusahaannya memutuskan bergabung dengan TikTok milik Tiongkok.
Nikki Haley, mantan Gubernur Carolina Selatan, mengkritik Ramaswamy dengan mengatakan bahwa setiap kali dia mendengar pembicaraannya, dia merasa semakin tidak mengerti. Senator Tim Scott juga menyalahkan Ramaswamy karena terlibat dalam bisnis dengan partai komunis Tiongkok, merujuk pada kemitraan bisnisnya dengan perusahaan investasi Tiongkok.
2. Moderator dan kandidat tidak membahas mengenai tuntutan pidana Trump
Dalam perdebatan tersebut, baik moderator maupun kandidat tidak membahas 91 tuntutan pidana yang dihadapi Donald Trump dalam empat dakwaan terbarunya, atau keputusan pengadilan perdata yang dikeluarkan oleh seorang hakim minggu ini yang menyatakan bahwa Trump telah menipu pemberi pinjaman dengan melebihkan nilai asetnya dan mengakibatkan pembubaran bisnisnya di New York.
Namun, mantan Gubernur New Jersey, Chris Christie, dan Gubernur Florida, Ron DeSantis, menggunakan kesempatan tersebut untuk menyerang Trump karena absen dalam debat untuk kedua kalinya. Christie bahkan menciptakan julukan "Donald Duck" untuk merujuk pada mantan presiden tersebut, sementara DeSantis menyebut Trump sebagai "gagal dalam tindakan." Ini merupakan perubahan dari debat pertama ketika DeSantis menghindari mengkritik Trump.
3. Para Kandidat Menyalahkan Presiden Joe Biden Atas Pemogokan Pekerja Otomotif
Mantan Wakil Presiden Mike Pence, Nikki Haley, dan Senator Tim Scott semuanya mengeluarkan kritik terhadap Presiden Biden ketika mereka ditanya tentang pemogokan United Auto Workers.
Senator Scott mengatakan bahwa Biden seharusnya berada di perbatasan selatan daripada di garis piket pemogokan. Pence mengungkapkan bahwa menurutnya, Biden seharusnya berada di "garis pengangguran" dan menyalahkan kebijakan ekonomi Biden sebagai penyebab kenaikan inflasi. Sementara itu, Haley juga mengkritik pengeluaran pemerintah yang tinggi di bawah kepemimpinan Biden.
4. Haley dan Scott Traded Barbs
Kedua kandidat asal Carolina Selatan ini menunjukkan penampilan yang lebih tegas di panggung debat kali ini dibandingkan dengan debat pertama pada bulan Agustus.
Pada satu titik, Nikki Haley mengatakan kepada Tim Scott untuk melanjutkan ketika dia mengkritiknya terkait usulannya mengenai pajak bahan bakar saat menjabat sebagai gubernur dan juga menuduhnya menyetujui tirai jendela dengan harga tinggi di sebuah properti PBB saat dia menjabat sebagai duta besar PBB di bawah pemerintahan Trump, meskipun sebenarnya persetujuan tersebut terjadi pada masa pemerintahan Obama.
5. Scott Membandingkan Perbudakan dengan Kesejahteraan
Meskipun Tim Scott mengkritik kurikulum pendidikan baru di Florida yang mengajarkan anak-anak tentang budak untuk mengembangkan keterampilan yang berguna, dengan mengatakan bahwa "tidak ada kualitas yang bisa menebus perbudakan," dia juga membuat perbandingan antara perbudakan dan berbagai masalah lain seperti kesejahteraan, pajak pemungutan suara, tes melek huruf, dan diskriminasi. Dia menegaskan bahwa yang sulit untuk dihadapi adalah program "Johnson's Great Society."
Sementara itu, Ron DeSantis membela kurikulum pendidikan tersebut dan menuduh Wakil Presiden Kamala Harris menyebarkan "kebohongan" mengenai interpretasi kurikulum tersebut. Dia juga menambahkan bahwa kurikulum tersebut dikembangkan oleh "cendekiawan sejarah kulit hitam yang hebat.”
(Susi Susanti)