JAKARTA- Siapa putri sulung DI Panjaitan yang menyaksikan penembakan ayahnya oleh PKI? Ternyata bernama Catherine Panjaitan yang menjadi saksi mata pembunuhan pada G30S PKI.
Ia melihat sendiri penembakan ayahnya yang saat ini masih membekas pada dirinya. Saat itu Catherine yang merupakan putri sulung DI Panjaitan yang menyaksikan penembakan ayahnya. kejadian DI Panjaitan meninggal saat PKI datang ke rumahnya pada dini hari, 1 Oktober 1965.
Catherine yang saat itu berusia 17 tahun terbangun pukul 4 pagi dan mendapati banyak suara sepatu boots. Dari jendela ia melihat beberapa truk dan rumahnya sudah dikepung puluhan orang berseragam.
"Mereka teriak-teriak 'Bapak Jenderal..Bapak Jenderal'," katanya.
Orang-orang berseragam itu pun memaksa masuk ke rumahnya dan menembak pembantu serta paman Catherine yang berada di lantai satu.
Lalu, ibu Chaterine, Marieke Panjaitan, kemudian meminta sang suami untuk mengenakan seragam terlebih dahulu. Setelah itu, DI Panjaitan pun turun ke lantai satu.
Setelah berhasil masuk, pasukan tak dikenal ini akhirnya menembak seorang pelayan yang tengah tidur. Lalu pasukan tak dikenal ini berteriak dengan lantang untuk menyuruh DI Panjaitan turun ke bawah.
Ia akhirnya turun ke bawah, dengan berseragam lengkap dengan topinya. Setelah itu ia lebih memilih untuk berdoa kepada yang Kuasa, Tuhan Yang Maha Esa. Seakan ia tak gentar dan tak menghiraukan pasukan tak dikenal ini ia terus berdoa. Hingga akhirnya pasukan tak dikenal ini menembak mati DI Panjaitan. Jasadnya di buang ke sumur tua daerah Lubang Buaya.
Tanggal 4 Oktober 1965 mayatnya pun kemudian ditemukan dan di makamkan di makam taman pahlawan di Kalibata.
Demikian kisah sedih DI Panjaitan, pahlawan korban G30S PKI yang tewas ditembak saat sedang berdoa.
(RIN)
(Rani Hardjanti)