MOSKOW - Rusia dan Ukraina, dua negara yang tengah terlibat dalam konflik berdarah sejak satu setengah tahun lalu, memberikan reaksi yang berbeda terkait eskalasi kekerasan antara kelompok pejuang Palestina, Hamas dan Israel.
Serangan Hamas ke kota-kota Israel pada Sabtu, (7/10/2023) telah menewaskan setidaknya 250 orang dan melukai ribuan lainnya. Israel merespon dengan serangan udara ke Gaza, yang merupakan basis Hamas, menewaskan 232 warga Palestina dengan 1.700 luka-luka.
Pada Sabtu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov mendesak kedua pihak yang berkonflik untuk segera menghentikan permusuhan. Sikap Rusia juga dijelaskan lebih lanjut oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Maria Zakharova, melalui pernyataan khusus mengenai eskalasi ini.
“Kami menyerukan kepada pihak Palestina dan Israel untuk segera melakukan gencatan senjata, meninggalkan kekerasan, melakukan pengendalian diri yang diperlukan, dan meluncurkan, dengan bantuan komunitas internasional, proses perundingan yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian yang komprehensif, bertahan lama, dan sangat ditunggu-tunggu. perdamaian di Timur Tengah,” kata Zakharova sebagaimana dilansir RT.
Eskalasi di wilayah tersebut merupakan salah satu manifestasi dari “siklus kekerasan yang tertutup,” kata juru bicara tersebut, seraya menambahkan bahwa Rusia yakin konflik yang telah berlangsung selama 75 tahun ini tidak dapat diselesaikan melalui cara militer.
Kekerasan ini merupakan “akibat dari kegagalan kronis dalam mematuhi resolusi PBB dan Dewan Keamanan,” serta kegagalan proses perdamaian yang dilakukan oleh negara-negara Barat, jelas Zakharova.
Sementara itu, Ukraina menyatakan dukungan penuhnya terhadap Israel, mengecam Hamas sebagai “teroris.”
“Ukraina mengutuk keras serangan teroris yang sedang berlangsung terhadap Israel, termasuk serangan roket terhadap penduduk sipil di Yerusalem dan Tel Aviv. Kami menyatakan dukungan kami terhadap Israel atas haknya untuk membela diri dan rakyatnya,” tulis Menteri Luar Negeri Ukraina di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Sikap ini diperkuat oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang melalui Telegram mendesak “seluruh dunia” untuk mendukung Israel dalam perjuangannya melawan Palestina.
“Laporan mengerikan dari Israel. Saya turut berbela sungkawa kepada semua orang yang keluarga dan teman-temannya tewas dalam serangan teroris... Hak Israel atas pertahanan tidak diragukan lagi," kata Zelensky.
Hamas memulai serangan besar-besaran terhadap Israel pada Sabtu pagi, meluncurkan ratusan roket dari Gaza, serta menyerang pos pemeriksaan perbatasan dan menyusup ke beberapa lokasi di Israel selatan. Rekaman yang beredar online menunjukkan beberapa instalasi militer Israel dikuasai oleh militan Hamas, dan sejumlah besar warga Israel, baik prajurit maupun warga sipil, terbunuh atau ditangkap.
Israel membalasnya dengan serangan udara besar-besaran di Gaza serta mengumumkan mobilisasi pasukan cadangan militer. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya sekarang sedang "berperang".
(Rahman Asmardika)