"Waktu itu saya juga heran kenapa orang lokal begitu, justru mereka hanya menonton. Saya keluar dari lokasi, semuanya berantakan. Bila mengingat itu saya tidak bisa makan," ucap bapak tiga anak ini.
Saat perjalanan ke luar dari lokasi itu, pria paruh baya ini menerangkan, melihat banyak daging yang masih hidup, dan banyak potongan-potonngan tubuh manusia.
"Saya memang tidak pernah membuka cerita itu lagi kepada teman-teman saya. Saya berbicara seperti saya masih merinding dan keluar keringat dingin. Selama ini hanya saya yang tidak pernah mendapatkan dampingan psikolog atau semacamnya," ungkapnya.
Pasca-ledakan itu, Markus mengobati dirinya sendiri dengan ramuan asal jawa. Dia juga sempat memperlihatkan bekas luka bom di bahu kanannya. Meski begitu, trauma tak pernah pergi dari dirinya.
"Dua tahun saya tidak mau melewati jalan ini (Jalan Legian lokasi kejadian). Saya juga tidak mau menerima orderan di daerah ini lagi. Saking segitunya dulu. Saya bisa sampai sekarang ini dengan tekat dan niat yang kuat bahwa saya bisa sembuh dari trauma ini," tutur Markus.
(Qur'anul Hidayat)