TRAGEDI Bom Bali 1 terjadi 21 tahun lalu, tepatnya pada 12 Oktober 2002. Serangkaian peristiwa pengeboman terjadi dalam satu malam di Pulau Dewata Bali.
Merangkum dari berbagai sumber, awalnya dua ledakan terjadi dalam satu waktu berbarengan di Paddy's Pub dan Sari Club (SC), Jalan Legian, Kuta, Bali, sekira 23.15 waktu setempat. Paddy's Pub dan Sari Club, ditambah bangunan Bank Panin terbakar akibat ledakan tersebut.
Sejumlah bangunan yang berada dekat dengan lokasi ledakan bom juga terkena imbasnya. Terdapat beberapa bangunan yang mengalami kerusakan yang cukup parah.
Tak selang beberapa lama kemudian, kembali terjadi ledakan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat pertama dan kedua. Ledakan ketiga terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, daerah Renon, Denpasar, Bali.
Akibat peristiwa ini, sebanyak 202 orang yang mayoritas merupakan wisatawan dari sejumlah belahan dunia, meninggal. Peristiwa ini dianggap sebagai peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.
Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk untuk menangani kasus ini menyimpulkan, bom yang digunakan tersebut berjenis TNT seberat 1 kg dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot antara 50 –150 kg.
Markus Affandi, salah seorang saksi mata yang melihat dan merasakan langsung kejadian tersebut sempat menceritakan detik-detik kejadian pengeboman di Pulau Bali.
BACA JUGA:
Markus malam itu sedang berada Sari Club di Jalan Legian. Ia mengaku saat itu baru saja rampung memperbaiki sound system di Sari Club. Kemudian Markus keluar dari Sari Club. Tiga meter jelang jalan raya, bom meledak di belakang Markus, tepatnya di Sari Club. Ledakan itu terdengar sangat besar.
Akibat ledakan Bom Bali 1 yang cukup besar tersebut, kaca-kaca pecah, dan sebongkah tembok menimpa badan Markus. Markus mengaku sempat tak sadarkan diri.
"Mungkin karena syok dan kaget, saat itu saya sempat tidak sadar sebentar. Setelah itu saya langsung melarikan diri dan lompat dari tangga," kata Markus Affandi beberapa tahun silam.
Saat itu, diceritakan Markus, posisi badannya sudah berlumuran darah, tidak hanya punggungya saja yang terkena runtuhan tembok dan kaca. Kepala bagian belakangnya juga kena.
Markus berusaha meminta pertolongan, namun tidak ada yang mau menolongnya. Bahkan, dia sempat meminta air putih kepada warga lokal, namun tidak ada yang mau memberinya.
Dia menjelaskan, justru saat peristiwa itu terjadi yang peduli dengan dirinya hanya orang-orang bule, dan mengatakan: 'are you oke?'