GAZA – Militer Israel pada Minggu, (15/10/2023) menyatakan tengah bersiap untuk menghadapi pertempuran di dua front atau lebih, menjelang serangan darat yang direncanakan ke Jalur Gaza. Pernyataan itu terkait dengan serangan yang dilancarkan Hizbullah di perbatasan Lebanon dan ancaman dari Iran terkait serangan ke Gaza.
Kepala Juru Bicara Militer Israel, Laksamana Daniel Hagari juga mengungkapkan bahwa lebih dari 600.000 warga Gaza telah memutuskan untuk meninggalkan daerah tersebut dan pindah ke selatan sebagai respons terhadap pengumuman Israel pekan lalu, yang mengindikasikan kemungkinan adanya serangan darat di Gaza dan mendorong penduduk untuk mengungsi dari Kota Gaza.
Hagari mengungkapkan bahwa pihak berwenang Israel telah memberi tahu keluarga dari 155 orang yang ditawan di Gaza. Ia juga menyebutkan bahwa setidaknya 289 tentara Israel telah tewas dalam serangan besar-besaran yang dilancarkan oleh Hamas terhadap penduduk di sekitar Jalur Gaza delapan hari yang lalu.
Pasukan Israel, yang didukung terus oleh banyaknya pengerahan kapal perang Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut, telah menempatkan diri mereka di sepanjang perbatasan Gaza dan tengah melakukan latihan sebagai persiapan untuk kampanye yang dianggap Israel akan melibatkan serangan udara, darat, dan laut untuk mengatasi kelompok militan tersebut.
Selain itu, Israel juga telah melakukan penyebaran selebaran di Kota Gaza di bagian utara dan memperbarui peringatan melalui media sosial. Mereka menginstruksikan lebih dari 1 juta penduduk Gaza untuk memindahkan diri ke wilayah selatan.
Presiden AS Joe Biden telah berkomunikasi dengan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, untuk membahas bantuan kemanusiaan yang ditujukan kepada Gaza.
Biden menyampaikan melalui postingannya di X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter, pada Minggu bahwa ia telah berbicara dengan Abbas dan bahwa mereka sedang bekerja sama dengan mitra di wilayah tersebut untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan mencapai warga sipil di Gaza.
Saat ini, belum ada keputusan resmi mengenai pelaksanaan serangan darat yang telah diumumkan, walaupun Israel telah mengerahkan pasukan di sepanjang perbatasan Gaza.
Pertempuran yang berkecamuk sejak tanggal 7 Oktober telah mengakibatkan lebih dari 2.670 warga Palestina tewas, sementara 1.400 warga Israel juga tewas, menurut laporan Brisbane Times.
Situasi semakin darurat di Gaza, dengan rumah sakit diperkirakan akan kehabisan bahan bakar untuk keperluan darurat dalam waktu dua hari, menurut PBB. Hal ini mengancam nyawa ribuan pasien di daerah tersebut.
Pejuang dari Hizbullah Lebanon telah melancarkan serangan terhadap pos militer Israel dan desa di wilayah perbatasan utara pada hari Minggu. Sebagai respons terhadap serangan tersebut, Israel juga melakukan serangan di Lebanon. Penjaga perdamaian PBB telah memperingatkan bahwa situasi konflik di perbatasan tersebut semakin memburuk.
Selama seminggu terakhir, terjadi tembakan sporadis di wilayah perbatasan antara Israel dan Lebanon, yang telah menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik yang sedang berlangsung dengan militan Hamas di Gaza dapat meluas menjadi konflik yang lebih luas.
Serangan yang dilakukan oleh Hizbullah terjadi di Shtula, sebuah komunitas pertanian yang berada di sepanjang pagar perbatasan. Serangan tersebut mengakibatkan satu orang tewas dan tiga lainnya terluka, menurut laporan dari kelompok militan dan petugas medis Israel. Ini merupakan peningkatan kekerasan perbatasan terburuk sejak perang berkecamuk selama satu bulan pada 2006.
Hizbullah juga mengklaim bahwa mereka telah menargetkan barak militer di Hanita, Israel, dengan peluru kendali, dan mereka mengatakan bahwa serangan tersebut telah menimbulkan korban di "barak musuh."
Militer Israel telah melancarkan serangan di Lebanon sebagai tindakan pembalasan dan mengumumkan bahwa zona dengan jarak 4 kilometer dari perbatasan Lebanon akan menjadi zona terlarang bagi akses publik.
Tiga sumber keamanan telah mengkonfirmasi kepada media Reuters bahwa artileri Israel telah melakukan serangan terhadap beberapa wilayah di bagian selatan. Brigade Al Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengklaim bahwa mereka telah melepaskan sekitar 20 roket dari Lebanon menuju dua pemukiman di wilayah Israel.
Pasukan sementara PBB di Lebanon (PBB UNIFIL) melaporkan bahwa markas besarnya di Lebanon selatan telah diserang oleh roket, tetapi tidak ada laporan mengenai korban jiwa. Mereka sedang berusaha untuk menentukan asal-usul proyektil tersebut.
“Kami terus terlibat secara aktif dengan pihak berwenang di kedua belah pihak… tapi sayangnya meskipun ada upaya kami, eskalasi militer terus berlanjut,” kata UNIFIL dalam sebuah pernyataan.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengklasifikasi pada hari Minggu bahwa Israel tidak memiliki keinginan untuk memulai perang di wilayah utara, dan jika Hizbullah memilih untuk menahan diri, maka Israel akan berusaha menjaga stabilitas di sepanjang perbatasan sesuai dengan kondisi yang ada.
"Kami tidak tertarik untuk terlibat dalam perang di wilayah utara. Kami tidak berkeinginan untuk memperburuk situasi," ujar Menteri Pertahanan Gallant kepada awak media.
"Namun, jika Hizbullah memilih jalur perang, konsekuensinya akan sangat berat. Namun, jika mereka memilih untuk menahan diri, kami akan menghormati hal tersebut dan akan menjaga situasi sesuai dengan kondisi yang ada," tambahnya.
Hizbullah menyatakan kesiapannya untuk melawan Israel dan menegaskan bahwa seruan dari negara-negara Arab dan pihak asing tidak akan mempengaruhi keputusan mereka untuk terlibat.
Menurut sumber-sumber, Hizbullah telah merencanakan aksinya dengan cakupan yang terbatas, bertujuan untuk menghindari eskalasi besar-besaran di Lebanon, sambil tetap mempertahankan posisi pasukan Israel yang berada di wilayah tersebut.
(Rahman Asmardika)