JAKARTA - Jalan cinta Bung Tomo selama masa perjuangan kemerdekaan bukan perakara mudah. Kondisi bangsa Indonesia yang tengah mempertahankan kemerdekaan membuat hubungan percintaan Bung Tomo sama terjalnya dengan perjuangannya dari ancaman agresi militer oleh Belanda.
Kekasih Bung Tomo, Sulistina, harus rela tak sering bertemu dengan sang tokoh perjuangan itu. Hal itu dikisahkan pada buku "Bung Tomo Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November".
Sulitnya pertemuan keduanya, tidak hanya karena kesibukan kedua orang ini pada pekerjaan masing-masing. Melainkan juga faktor saat itu Surabaya masih dikuasai oleh tentara sekutu.
Pada masa itu di Surabaya, terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara pemuda-pemuda pejuang Republik Indonesia dengan pasukan sekutu. Bentrokan itu pada akhirnya berkembang menjadi pertempuran besar yang terkenal dengan pertempuran Surabaya.
Sebab itulah, kedua pasangan sejoli yang tengah di mabuk asmara ini tak sering bertemu. Bila melakukan pertemuan pun dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Selain karena merasa tidak enak dengan teman-teman sejawat dan seperjuangan, itu dilakukan untuk menghindar dari intaian tenturu sekutu.
Apalagi ketika Bung Tomo baru menjalani hubungannya dengan Sulistina, ia adalah sosok pemberontak yang giat memobilisasi massa menentang keberadaan sekutu di Surabaya.
Ia pun dikenal sebagai pemimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) yang paling dicari oleh tentara sekutu. Tentara sekutu merasa tidak nyaman dengan gerakan Bung Tomo.
Melihat situasi demikian, sangat mustahil bagi Bung Tomo untuk menjalin cinta dengan Sulistina secara terang-terangan. Jika tidak ada kesempatan yang betul-betul memungkinkan, Bung Tomo tidak bertemu dengan Sulistina.