Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ramalan Sabdapalon soal Malapetaka dan Waktu Paling Sengsara Bagi Tanah Jawa

Tim Okezone , Jurnalis-Senin, 13 November 2023 |07:00 WIB
Ramalan Sabdapalon soal Malapetaka dan Waktu Paling Sengsara Bagi Tanah Jawa
A
A
A

Ibarat seorang menyeberang sungai dan sedang berada di tengah-tengah, tiba-tiba sungainya banjir besar dan menghanyutkan sejumlah manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.

Bahaya ini perlahan menyebar ke seluruh tanah Jawa, dan tidak bisa terhindarkan karena sudah menjadi kehendak Tuhan, karena dunia ini berada di genggaman-Nya. Ini bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuat.

Terdapat berbagai bencana yang membuat tanah Jawa rusak. Ini menyebabkan orang-orang bekerja tanpa hasil mencukupi, para priyayi banyak yang susah hatinya, saudagar selalu mengalami kerugian, begitu juga orang-orang pertanian.

Penghasilan mereka banyak yang hilang di hutan, karena di Bumi sendiri sudah mulai berkurang hasilnya. Terdapat banyak hama menyerang, dan hilangnya kayu.

Ini menimbulkan kerusakan hebat, sebab orang-orang berebutan, tidak hanya itu, ini juga merusak moral manusia. "Bila hujan gerimis banyak maling tapi siang hari banyak begal. Manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan," ungkapnya.

Mereka melupakan undang-undang karena tidak sanggup menahan lapar. "Hal tersebut berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia. Bahaya penyakit luar biasa. Di sana-sini banyak orang mati," lanjut Mas Syarief.

Bencana-bencana melanda, mulai dari hujan tidak tepat waktu, angin besar menerjang dan merobohkan pohon-pohon, dan sungai meluap dan menyebabkan banjir, menghanyutkan kayu, warga, dan bebaguan.

Gunung-gunung besar mengeluarkan lahar panas dan menghancurkan desa maupun hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis sama sekali.

Semuanya hancur sampai tidak ada yang tertinggal. Gempa bumi tujuh kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanah pun menganga. Muncullah brekasakan yang menyeret manusia ke dalam tanah.

"Manusia-manusia mengaduh di sana-sini, banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat sembuh. Kebanyakan mereka meninggal dunia," pungkasnya.

(Khafid Mardiyansyah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement