LONDON - Mantan Perdana Menteri Inggris David Cameron secara mengejutkan kembali ke pemerintahan Inggris setelah ditunjuk sebagai kepala Kementerian Luar Negeri negara itu oleh PM petahana Rishi Sunak. Cameron, yang memimpin negara itu selama enam tahun, mengundurkan diri pada 2016 setelah Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa.
Langkah tersebut diumumkan oleh Downing Street pada Senin, (13/11/2023) sebagai bagian dari perombakan kabinet besar-besaran. Cameron dipilih untuk menggantikan James Cleverly, yang kemudian dipilih untuk menggantikan Menteri Dalam Negeri Suella Braverman yang baru saja dipecat. Braverman didepak dari kabinet setelah terjadi perselisihan mengenai kebijakan protes pro-Palestina di London, yang ia sebut sebagai “pawai kebencian.”
Mengomentari pengangkatannya, Cameron menulis di X (sebelumnya Twitter) bahwa “kita menghadapi serangkaian tantangan internasional yang berat, termasuk perang di Ukraina dan krisis di Timur Tengah,” dan mengatakan bahwa Inggris harus “berdiri di samping” sekutu-sekutunya.
Dia menambahkan bahwa meskipun dia “mungkin tidak setuju dengan beberapa keputusan individu” pemerintah Inggris, dia menggambarkan Rishi Sunak sebagai “Perdana Menteri yang kuat dan cakap, yang menunjukkan kepemimpinan yang patut dicontoh di masa-masa sulit” sambil bersumpah untuk melakukan yang terbaik menjalankan peran barunya, demikian dilansir RT.
Politisi veteran berusia 57 tahun ini menjadi pemimpin Partai Konservatif pada 2005 dan perdana menteri pada 2010. Ia membangun kampanye pemilihannya berdasarkan janji untuk mengadakan apa yang disebut referendum 'Brexit'. Saat menjabat, ia berperan penting dalam memupuk dukungan terhadap pemberontakan yang didukung militan Islam di Libya yang mengakibatkan pembunuhan brutal terhadap Muammar Gaddafi dan kehancuran negara tersebut.
Pada 2016, ia mengundurkan diri sebagai perdana menteri dan pemimpin Partai Konservatif setelah pendukung Brexit memenangkan suara Brexit dengan selisih 3%. Meskipun Cameron telah keluar dari politik garis depan selama bertahun-tahun, pada tahun 2018, The Sun melaporkan bahwa ia dapat kembali menjadi sorotan publik, terutama sebagai menteri luar negeri.
(Rahman Asmardika)