MUARAENIM - Kemarau panjang tengah melanda hampir seluruh wilayah di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan di pertengahan Oktober lalu. Sudah hampir tiga bulan hujan tak turun di wilayah berjuluk Bumi Serasan Sekundang itu.
Suhu yang panas, udara yang kering dan berdebu serta sesekali berbau asap, menjadi situasi harian yang harus dirasakan lebih dari 628 ribu penduduk di sana. Termasuk oleh Bachtiar (56), petani asal Desa Karang Raja, Muara Enim.
Sambil meneguk air kelapa muda, Bahtiar bercerita jika kemarau tahun ini tak hanya lebih panjang. Tapi juga lebih panas dan lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Tahun lalu masih ada hujan. Ini sudah tiga bulan sama sekali tak ada hujan. Panas sekali, kering, banyak lahan juga terbakar," kata Bahtiar saat berbincang dengan MPI pertengahan Oktober 2023 lalu.
Kemarau memang kerap menjadi momok bagi Bahtiar dan rekan-rekannya petani di Muara Enim. Sawah-sawah mereka kering dan tak bisa berproduksi saat kemarau datang. Mereka terpaksa mencari pekerjaan serabutan untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup keluarga hingga musim penghujan tiba dan sawah bisa ditanami lagi.
"Semua lah kerjaan dikerjai. Dagang, jadi buruh kasar, apa aja lah yang penting halal," sebutnya.
Namun sejak Februari 2023 lalu, Bahtiar mulai bisa bernapas lega. Ia tak perlu lagi khawatir sawah tada hujannya kekeringan saat kemarau. Aktifitas bertanam padi pun kini dapat ia lakukan sepanjang tahun.
Itu semua terjadi setelah sawah Bahtiat terhubung dengan jaringan pipa irigasi yang berbasis pompa energi surya dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Irigasi Karang Jaya. Jaringan irigasi ini memungkinkan air dari Sungai Enim yang dekat dengan areal persawahan mereka dipompa dengan mesin dari PLTS tersebut.
Jarak sawah Bachtiar dan kelompok taninya dengan Sungai Enim sebenarnya tak terlalu jauh. Hanya sekira 1 kilometer. Namun mereka kesulitan memanfaatkan sumber air sungai itu, karena secara goegrafis letak lahan persawahan mereka terhalang oleh perbukitan, jalan raya serta rel kereta api. Sehingga metode pendistribusian dengan memompa air melalui pipanisasi menuju areal persawahan dijadikan pilihan.
"Dulu kita cuma bisa panen sekali setahun. Sekarang setelah ada PLTS Irigasi ini bisa tiga, empat bahkan lima kali. Karena kita menanam secara kontiniu. Habis panen kita tanam lagi," sebut Bahtiar sambil tersenyum.
Bachtiar dan 22 orang anggota Kelompok Tani Raja Makmur memiliki lahan sawah seluas 11,5 hektare. Namun kini baru 4 hektare lahan mereka yang ditanami. Mereka juga sudah menikmati beberapa kali panen pasca keberadaan PLTS Irigasi tersebut.
"Setiap kali panen, seperti saya lahan 3000 meter atau 1/4 hektare, itu bisa sampai 30 karung gabah kering (ukuran 50 kilogram). Kalau jumlah panennya sama saja tapi karena saat ini sudah ada PLTS Irigasi ini, kita bisa panen berkali-kali, jadi produksi kita bisa naik sampai 3 kali lipat. Ini sangat membantu kami," tambahnya.
PLTS Irigasi Karang Raja dibangun oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di atas lahan seluas 25x15 meter di bantaran Sungai Enim. Pembangunan PLTS Irigasi ini telah dimulai sejak September 2021 dan operasionalnya telah dimulai sejak 14 Februari 2023. PLTS ini secara resmi diserahkan pengelolaannya kepada masyarakat tepat pada Ulang Tahun Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia pada 17 Agustus 2023 lalu.
Asisten Manager Sustainable Community Development PTBA, Dewa Made Dwi Parmana, mengatakan PLTS Irigasi Karang Raja memiliki 76 modul (panel surya) yang masing-masing berkapasitas 500 Wattpeak (Wp) dengan total kapasitas mencapai 38 Kilowatt peak (kWp).
Listrik yang dihasilkan PLTS Irigasi ini mampu menghidupkan 2 unit pompa irigasi berkapasitas 20 liter per detik dengan head mencapai 35 meter. Pompa menyedot air sungai sejauh 1,29 kilometer (km) ke bak penampungan (reservoir) yang kemudian didistribusikan ke sawah warga.
"Petani yang menerima manfaat PLTS Irigasi Karang Raja ini mencapai 121 orang dengan luas lahan sawah mencapai 35 hektare," sebutnya.
PLTS Irigasi Karang Raja dibangun dengan anggaran senilai Rp 1,3 miliar lewat program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Bukit Asam. Pembangunan melibatkan konsultan dan tenaga ahli serta masyarakat lokal di Muara Enim.
"Setelah dibangun, kemudian masyarakat dilatih untuk secara mandiri dapat mengelola PLTS Irigasi ini. Sehingga mereka tidak bergantung pada kita. Saat ini PLTS Irigasi ini sudah sepenuhnya dikelola oleh warga secara swadaya. Masyarakat menyisihkan sebagian hasil panennya untuk dijual dan membiayai PLTS Irigasi ini," sambung Made.
PLTS Irigasi Karang Jaya ini juga kini telah dimonetisasi. Selain untuk mengairi sawah warga, airnya juga kini dijual kepada pengusaha tambang batubara kecil yang ada di Muara Enim. Air itu dimanfaatkan para pengusaha tambang itu untuk menyiram areal tambang mereka guna mengurangi debu yang mengganggu jalannya produksi.
"Padi itu kan membutuhkan air banyak saat awal masa tanam. Menjelang panen kan konsumsinya sedikit. Nah kelebihan air yang harusnya disalurkan ke sawah, dialihkan ke pertambangan swasta. Uang hasilnya dijadikan pendapatan untuk biaya pengelolaan dan juga perbaikan pompa dan pembangkit listriknya. Sehingga ini memberikan nilai tambah bagi masyarakat," jelas Made.
Selain PLTS Irigasi Karang Raja, PT Bukit Asam (Tbk) juga memiliki 5 PLTS Irigasi lainnya di sekitar lingkar tambang mereka. Yakni PLTS Talawi Mudik di Sawahlunto, Sumatra Barat; PLT Trimulyo di Pesawaran, Lampung; PLTS Tanjung Raja di Muara Enim, Sumatra Selatan; PLTS Nanjungan di Lahat, Sumatra Selatan, dan PLTS Rejosari Mataram di Lampung Tengah, Lampung. Total kapasitas terpasang 6 PLTS irigasi ini mencapai 192 kWp.
Setelah bantuan PLTS Irigasi ini, kata Made, PT Bukit Asam juga sedang menggalakkan penanaman padi organik dan beras merah. Sebanyak 4 hektare lahan pertanian dari kelompok tadi yang dipimpin Bahtiar telah dijadikan percontohan.
"Ini menjadi keberlanjutan setelah bantuan PLTS Irigasi ini. Kita beli sebagian untuk dijadikan bibit yang kemudian menjadi unggulan kita di PTBA," pungkasnya.
Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Suherman, mengatakan pembangunan PLTS irigasi merupakan upaya PTBA untuk mendorong pemanfaatan energi terbarukan, memberdayakan masyarakat, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Sejalan dengan Noble Purpose (tujuan mulia) PTBA sebagai anggota Grup MIND ID, yaitu membangun peradaban, meningkatkan kesejahteraan, dan menciptakan kehidupan yang lebih baik.
“PLTS irigasi tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga mendorong pertanian yang lebih ramah lingkungan sehingga mampu mengurangi emisi karbon," tukasnya.
Komitmen PT Bukit Asam untuk terus mendorong perekonomian masyarakat itu didukung pula oleh kinerja perseroan yang cukup baik dalam 9 bulan pertama tahun 2023. Perseroan berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 3,8 triliun. Dari sisi pendapatan, PTBA membukukan sebesar Rp 27,7 triliun. Total aset perusahaan per 30 September 2023 sebesar Rp 36,0 triliun.
Pencapaian laba bersih didukung oleh peningkatan kinerja operasional Perseroan sepanjang Januari-September 2023. Total produksi batu bara PTBA hingga Triwulan III-2023 mencapai 31,9 juta ton, tumbuh 15,2 persen dibanding periode yang sama tahun 2022 yakni sebesar 27,7 juta ton.
Kenaikan produksi ini seiring dengan kenaikan volume penjualan batu bara sebesar 14,9 persen menjadi 27,0 juta ton. Hingga Triwulan III 2023, Perseroan mencatat penjualan ekspor sebesar 11,2 juta ton atau naik 24,4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara realisasi Domestic Market Obligation (DMO) tercatat sebesar 51 persen.
Berbagai hal yang menjadi tantangan bagi Perseroan di tahun ini, di antaranya adalah koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar. Rata-rata harga batu bara ICI-3 terkoreksi sekitar 33 persen dari USD 128,5 per ton pada Januari-September 2022 menjadi USD 86,3 per ton pada Januari-September 2023.
Di sisi lain, Harga Pokok Penjualan mengalami kenaikan, di antaranya pada komponen biaya royalti, angkutan kereta api, dan jasa penambangan. Karena itu, PTBA terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja baiknya.
Pengamat Ekonomi dan Kebijakan Publik, Syamsudin Sahaq, menyebut program PLTS Irigasi yang diinisiasi PT Bukit Asam, layak dijadikan percontohan. Itu karena manfaat program ini tepat guna dan dapat langsung dirasakan masyarakat.
"Saya pikir ini harus diperluas. Sehingga para petani kita yang kini kesulitan mendapatkan air akibat hujan yang tak kunjung turun, bisa berproduksi. Apalagi ini memanfaatkan energi bersih, energi yang sumbernya melimpah di wilayah kita yang panas ini," sebut Sahaq.
Program PLTS Irigasi yang dijalankan secara swadaya oleh masyarakat, kata Sahaq, juga akan membuat masyarakat lebih mandiri. Program yang sama dinilai perlu diperluas ke sektor lain, guna mengurangi ketergantungan masyarakat, khususnya di Muara Enim, terhadap PT Bukit Asam.
"Saya pikir sudah saatnya masyarakat mengurangi ketergantungannya pada PT Bukit Asam. Banyak sektor yang bisa dikembangkan. Pertanian, Pariwisata, Industri Kreatif dan sektor lainnya. Termasuk sektor hilirisasi yang tentunya bisa memberikan nilai tambah baik kepada perusahaan maupun kepada masyarakat," tandasnya.
(Khafid Mardiyansyah)