Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ketika Soekarno Ancam Mogok Makan jika Gagal Beli Pesawat Seulawah

Arief Setyadi , Jurnalis-Jum'at, 17 November 2023 |07:16 WIB
Ketika Soekarno Ancam Mogok Makan jika Gagal Beli Pesawat Seulawah
Soekarno (Foto: Ist)
A
A
A

JAKARTA - Soekarno pernah mogok makan ketika menginginkan Pesawat Seulawah. Soekarno menyadari bahwa pengadaan pesawat merupakan instrumen penting dalam perjuangan mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945.

Dengan kebaikan dan keikhlasan rakyat Aceh, akhirnya Indonesia bisa membeli sebuah pesawat Dakota DC-3 yang diberi nama Seulawah RI-001.

Seulawah RI-001 merupakan pesawat angkut ketiga yang bisa dibeli Indonesia di masa revolusi, setelah sempat membeli Pesawat Avro Anson (RI-003), awal Desember 1947 dan 1 Juni 1948.

Awal mula pembelian Seulawah bisa dibilang penuh drama. Pesawat tersebut takkan bisa terbeli jika Presiden Soekarno tak berseru dengan nada sedikit “mengancam”, kala jamuan makan malam di Kutaraja (kini Banda Aceh).

Saat kunjungan ke tanah rencong pada 15 Juni 1948, keesokan harinya ada pertemuan di Hotel Kutaraja dengan Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh (Gasida).

Soekarno akan mogok makan jika tak terkumpul uang M$120 ribu (120 ribu dolar Malaya) untuk membeli pesawat. “Harga satu pesawat Dakota hanya 120 ribu dolar Malaya. Saya tidak akan makan malam ini, kalau dana untuk itu (membeli pesawat) belum terkumpul,” cetus Soekarno dalam buku ‘Aceh Daerah Modal’.

"Alangkah baiknya jika Indonesia mempunyai kapal udara untuk memperkuat pertahanan negara dan mempererat hubungan antara pulau dan pulau,” imbuhnya.

Demikian dikutip dari buku ‘Awal Kedirgantaraan di Indonesia: Perjuangan AURI 1945-1950’.

Suasana yang sedikit tegang seketika mencair saat salah satu saudagar muda Aceh, M. Djoened Joesof menyatakan kesediaannya menyumbang dan disusul sejumlah saudagar lainnya.

Hingga akhir kunjungan Soekarno di Aceh pada 20 Juni 1948, total sumbangan yang untuk membeli pesawat terkumpul sekira 130 ribu dolar Malaya, disertai 20 kilogram emas.

Pengadaan pesawat itu pun dipercayakan pada perwira AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) sekarang TNI AU, Wiweko Soepono, untuk membeli pesawat Dakota DC-3 milik warga Amerika Serikat, JH Maupin di Hong Kong.

Soekarno pribadi yang menyematkan nama “Seulawah” di pesawat angkut kedua milik RI itu yang berarti “Gunung Emas”, tak lama setelah mendarat di Padang, Sumatera Barat.

Rekam jejak pertama Seulawah RI-001 digunakan untuk membuka jalur penerbangan Jawa-Sumatera dan pada November 1948. Pesawat digunakan Wakil Presiden Mohammad Hatta untuk keliling Sumatera dari Maguwo, Jambi, Payakumbuh, Kutaraja, kembali ke Payakumbuh dan mendarat lagi di Maguwo Padang.

Pesawat yang jadi cikal bakal berdirinya Indonesian Airways (kini Garuda Indonesia) itu juga digunakan para tokoh Aceh untuk menyebar pamphlet, serta pengangkutan kadet ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia, kini TNI AL) dari Payakumbuh ke Kutaraja dan pemotretan udara di atas Gunung Merapi.

Maupin, mantan pemilik pesawat Seulawah ini juga memiloti perjalanan ke Kalkutta, India. Tapi pesawat itu tak bisa kembali ke Tanah Air, saat Agresi Militer II Belanda terjadi pada 19 Desember 1948.

Seiring waktu, pesawat tersebut mulai menua dan harus dipensiunkan dan disimpan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.

Kendati sudah tak lagi mengudara, “spirit” Seulawah RI-001 berusaha tetap dijaga dengan didirikannya Monumen Pesawat Seulawah di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh pada 30 Juli 1984 yang diresmikan Panglima ABRI kala itu, Jenderal Leonardus Benyamin Moerdani.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement