RIYADH – Arab Saudi secara khusus melarang penggunaan keffiyeh Palestina di Mekkah dan Madinah. Negara ini sudah menahan para jamaah yang melakukan aktivisme politik di tempat-tempat suci kedua kota tersebut.
Hal ini semakin viral setelah seorang aktor dan presenter asal Inggris, Islah Abdur-Rahman, ditahan askar Arab Saudi karena mengenakan keffiyeh putih dan tasbih yang merepresentasikan warna bendera Palestina, pada Kamis (16/112023).
"Saya dihentikan empat tentara karena mengenakan keffiyeh putih di kepala saya dan tasbih berwarna Palestina di pergelangan tangan saya," kata Islah, sebagaimana dikutip Middle East Eye.
"Saya digiring ke sebuah lokasi di mana mereka menahan orang-orang karena kemungkinan melakukan kejahatan atau pelanggaran. Setelah saya ditahan, ada tentara lain yang menginterogasi saya dan bertanya tentang kewarganegaraan saya, mengapa saya di sini, dari mana saya pergi, berapa lama saya di sini," tambahnya.
Islah kemudian berhasil dibebaskan dengan menandatangani formulir pembebasan, setelah pihak berwenang memintanya menyerahkan keffiyeh tersebut. Peristiwa ini dia bagikan lewat akun Instagram pribadinya dan mendapat banyak perhatian secara global.
Sebenarnya apa alasan Arab Saudi melarang penggunaan keffiyeh atau atribut lain yang merujuk ke Palestina?
Menghindari hal yang tidak diinginkan
Pada tanggal 10 November 2023, Kepala Urusan Agama di Masjidil Haram Abdul Rahman al-Sudais mengimbau masyarakat lokal dan para jamaah luar tidak ikut terlibat dalam apa yang sedang terjadi di Gaza.
Para syekh terkemuka juga mengisyaratkan agar masyarakat tidak membuat komentar atau gerakan yang eksplisit mengenai perang Palestina-Israel saat ini. Mereka juga memperingatkan bahwa membawa bendera atau pun simbol yang berkaitan tidak diiziinkan dibawa ke tempat-tempat ibadah.
Larangan ini diberlakukan pihak Arab Saudi agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dan membuat provokasi lebih parah. Dia meminta umat Islam membantu dengan mengirimkan doa pada saudara-saudari Islam di Palestina.
"Umat Islam tidak boleh menyerah pada provokasi ini dan membiarkan peristiwa ini memecah belah mereka. Mereka harus kembali kepada para wali dan otoritas mereka, para ulama mereka, dan tidak terlibat dalam apa yang tidak berhak mereka lakukan,” ucap Abdul Rahman al-Sudais.
(Maruf El Rumi)