WASHINGTON - Investigasi militer yang diluncurkan awal tahun ini telah mengungkapkan bahwa pangkalan Amerika Serikat (AS) di Irak dan Suriah telah menjadi sasaran pencurian dengan “berbagai senjata dan peralatan sensitif” yang hilang.
Laporan The Intercept, mengutip dokumen eksklusif mencatat bahwa kehadiran militer AS di kedua negara tidak mampu mengamankan peralatan, apalagi personel. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya serangan rudal dan drone terhadap pangkalan AS di Irak dan Suriah dari faksi perlawanan Irak yang didukung Iran, sebagai solidaritas terhadap perang Israel yang didukung AS terhadap Gaza yang diluncurkan bulan lalu.
Sejak saat itu, AS telah meningkatkan serangannya sebagai tanggapan, termasuk “serangan presisi” terhadap “fasilitas pelatihan dan rumah persembunyian” di Suriah, yang diduga digunakan oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, demikian dilansir dari Middle East Monitor.
Laporan tersebut mencatat bahwa meskipun pangkalan-pangkalan di Irak dan Suriah beroperasi untuk melakukan “misi kontra-ISIS,” pangkalan-pangkalan tersebut juga berfungsi “terutama sebagai penghalang terhadap Iran.” Awal tahun ini, outlet tersebut mengungkapkan bahwa peralatan artileri AS, “sistem senjata” dan amunisi khusus senilai ratusan ribu dolar telah dicuri, dan beberapa di antaranya berakhir di tangan organisasi teroris, termasuk ISIS.