JAKARTA –Iring-iringan rombongan pembawa peti jenazah Kopda Dwi Bekti Probo Siniwoko tiba di sebuah rumah sederhana di Desa Tegalarum, Kecamatan Bendo, Magetan, Jawa Timur, menjelang petang.
Isak tangis keluarga pun langsung pecah saat peti jenazah berselimut bendera merah putih tersebut disemayamkan. Almarhum diketahui meninggalkan istri dan bayinya yang masih berusia satu bulan. Hal ini membuat kesedihan mendalam bagi seluruh anggota keluarga yang ditinggalkan.
Kopda Dwi Bekti Probo Siniwoko merupakan salah satu dari empat prajurit TNI AD yang gugur di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Tiga lainnya adalah, Praka Yipsan Ladou, Pratu Miftahul Firdaus, dan Prada Darmawan. Seluruh korban berasal dari Satgas Yonif Mekanis Raider 411/Pandawa Kostrad.
Keempat anggota TNI yang gugur akan diberikan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) sebagai penghormatan atas dedikasi mereka selama melaksanakan tugas di Tanah Papua.
"Kita sudah berikan santunan sesuai dengan hak-hak dia, ada dari Asabri, TNI AD, Bank BRI dan Bank BJB itu jumlahnya per orang lebih dari 500 juta," ujar Panglima TNI, Jenderal TNI Agus Subiyanto, usai pelaksanaan kegiatan Rakornas Penegakan Hukum Terpadu, beberapa waktu lalu.
Di tempat yang berbeda, Panglima TNI menyebut program utamanya dalam penanganan sejumlah isu Papua. Agus mengatakan bahwa penanganan Papua menjadi salah satu program utama TNI di masa jabatannya.
Selain memfokuskan menangani Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), Agus menjelaskan pendekatan yang dilakukan guna menangani polemik keamanan di Tanah Cendrawasih itu.
Mungkin rekan-rekan sudah monitor juga visi misi saya pada saat saya fit and proper test, jadi menghadapi Papua harus smart power," ungkap Agus saat jumpa pers selepas sertijab di Plaza Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) itu mengatakan, ada dua metode dalam melaksanakan smart power tangani masalah di Papua. Jika mengacu pada metode pertama, Agus menyebutkan metode soft power sebagai langkah pengamanan menghadapi KKB Papua.
“(Jika) menggunakan soft power. kita akan kedepankan operasi teritorial," ujar Jenderal Baret Merah Kopassus tersebut.
Operasi teritorial adalah bentuk kegiatan TNI yang mengutamakan pendekatan merangkut masyarakat lokal. Kegiatan operasi teritorial ini dilakukan semisal dengan mengerahkan anggota TNI dalam pelayanan sosial seperti menjadi guru atau dokter bagi masyarakat.
Di sisi lain, Agus pun mengatakan, metode kedua dari smart power yang berupa hard power. Pendekatan hard power kepada KKB yang mengancam keselamatan jiwa menggunakan senjata api.
"Kemudian hard power-nya, karena mereka masih kombatan (kelompok bersenjata api) jadi tetap akan kita lawan dengan senjata. Tentunya pasukan kita yang terlatih tadi yang saya sampaikan di awal, well-trained," tutup Agus.
Penulis berharap, dialog antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah bersama sejumlah elemen masyarakat di Papua dapat terus diwujudkan sebagai ruang untuk memahami lebih dalam akar permasalahan agar konflik dapat selesai, sehingga terwujud perdamaian di Bumi Cenderawasih.
(Fahmi Firdaus )