ARMENIA - Armenia dan Azerbaijan mengatakan mereka akan bergerak menuju normalisasi hubungan, dan akan menukar tahanan yang ditangkap dalam pertempuran baru-baru ini di Nagorno-Karabakh.
Kedua negara bertetangga ini telah terlibat dalam konflik selama puluhan tahun terkait wilayah yang disengketakan.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis pada Kamis malam, kedua negara mengatakan mereka melihat “peluang bersejarah” untuk perdamaian yang telah lama ditunggu-tunggu.
Dikutip BBC, kedua negara mengatakan mereka berharap untuk menandatangani perjanjian damai pada akhir tahun ini.
Serangan militer kilat Azerbaijan pada September lalu mengakhiri kekuasaan etnis Armenia selama tiga dekade di wilayah Nagorno-Karabakh, yang diakui secara internasional sebagai wilayah Azerbaijan.
Sebagian besar dari 120.000 etnis Armenia melarikan diri ke negara tetangga, Armenia.
Kedua negara mengumumkan pada Kamis (7/12/2023) bahwa mereka akan berupaya untuk menandatangani perjanjian perdamaian penuh berdasarkan rasa saling menghormati integritas wilayah masing-masing.
Baku membebaskan 32 prajurit militer Armenia dan Yerevan membebaskan dua prajurit militer, sebagai isyarat niat baik.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel menyambut baik pernyataan tersebut sebagai terobosan besar dalam hubungan Armenia-Azerbaijan. AS juga memuji langkah penting dalam membangun kepercayaan.
Langkah lainnya termasuk dukungan Armenia terhadap upaya Azerbaijan menjadi tuan rumah KTT iklim COP29 dengan menarik pencalonannya sendiri. Azerbaijan setuju untuk mendukung pencalonan Armenia sebagai anggota kelompok regional yang terkait dengan perundingan perubahan iklim.
Kedua negara juga meminta komunitas internasional untuk mendukung upaya mereka.
Kesepakatan tersebut dicapai dalam pembicaraan antara kantor Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan pemerintahan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.
Kedua pemimpin telah bertemu beberapa kali untuk perundingan normalisasi yang dimediasi oleh UE, AS, dan Rusia.
Perundingan terhenti dalam beberapa bulan terakhir setelah Azerbaijan menolak berpartisipasi dalam perundingan di AS dan Spanyol, dengan alasan adanya bias di pihak negara-negara Barat. Kedua negara melanjutkan pembicaraan lagi pada akhir Oktober lalu di Iran.
(Susi Susanti)