Tanggal 24 Oktober 1910, posisi Cut Meutia terkepung. Namun, ia tidak mau menyerahkan diri.
Zentgraaff menuliskan, “Saya melihat rupa wanita putih kuning itu dengan wajahnya yang cerdas, didorong oleh perasaannya yang menyala-nyala untuk tewas sebagai seorang syahid. Dengan mata yang liar dan rambut yang terurai di kepalanya, ia mengayunkan kelewangnya menyerbu kami,” tulisnya.
Dengan hanya bersenjata sebilah rencong dan pedang, ia maju paling depan untuk memimpin pasukannya.
Cut Meutia menyerang, menebas dan menerjang lawan tanpa rasa gentar. Banyak pasukan Belanda yang tewas.
Di tengah pertempuran, tiga kali suara letusan, tiga butir peluru marsose menembus badan Cut Meutia, dua terkena badan, satu menembus kepala.
Cut Meutia gugur pada usia 40 tahun di medan pertempuran sebagai pejuang dari tanah rencong.
(Erha Aprili Ramadhoni)