JAKARTA - Cut Nyak Meutia merupakan salah satu pahlawan nasional yang berasal dari Aceh. Cut Meutia merupakan anak dari pasangan Teuku Ben Daud Pirak dan Cut Jah. Cut Meutia menjadi satu-satunya anak perempuan dari 5 bersaudara.
Sejak kecil Cut Meutia, yang lahir di Keuoerotue, Pirak Timur, Aceh Utara, pada 15 Februari 1870 dididik ilmu agama oleh banyak ulama. Ayahnya juga menjadi salah satu guru agama yang pernah mengajarnya.
Cut Meutia tumbuh sebagai seorang gadis cantik rupawan. HC Zentgraaff dalam buku Atjeh Geschreven door en oud Atjehmen (1938) yang diterbitkan ulang pada 1985 setelah dialih-bahasakan oleh Aboe Bakar dengan judul Aceh, menuliskan kesan sekaligus kekagumannya:
“Cut Meutia bukan saja amat cantik parasnya, tetapi ia memiliki tubuh yang indah… wanita itu benar-benar seorang bidadari yang mempesona.” Zentgraaff, yang pernah terlibat langsung dalam Perang Aceh, juga menggambarkan Cut Meutia dengan catatan: “[...] namanya bersesuaian dengan penampilannya yang seperti mutiara.”
Banyak pemuda yang datang untuk meminang dan menikahinya. Cut Meutia menikah pada 1870 saat ia berusia 20 tahun. Ia dijodohkan dengan seorang putra uleebalang bernama Teuku Syamsarif.
Dikisahkan dalam buku Prominent Women in the Glimpse of History (1994) karya Ismail Sofyan, M. Hasan Basry, dan Teuku Ibrahim Alfian, pernikahan agung itu dirayakan besar-besaran dalam adat Aceh. Namun, Cut Meutia kurang bahagia. Suaminya cenderung tunduk terhadap Belanda
Cut Meutia pulang ke rumah orang tuanya hingga akhirnya perkawinan mereka dianggap usai lantaran Teuku Syamsarif tidak pernah menjenguk serta menafkahinya.
Kemudian Teuku Cik Tunong berhasil meminang dan menikahinya. Saat itu tanah Aceh membara. Para pejuang Aceh berjuang mengusir penjajah Belanda. Cut Meutia terpanggil untuk berjuang bersama suaminya.