Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Kiai Jimat, Jadi Bupati Pacitan Hasil Campur Tangan Kolonial Belanda

Solichan Arif , Jurnalis-Rabu, 20 Desember 2023 |16:23 WIB
Kisah Kiai Jimat, Jadi Bupati Pacitan Hasil Campur Tangan Kolonial Belanda
Ilustrasi (Foto: Pinterest)
A
A
A

Kedatangan orang Inggris yang dipimpin John Deans, yakni sekretaris Karsidenan Yogyakarta (1811-1813), kemudian disambut oleh Modin Joyoniman.

Terkesan dengan gaya komunikasi yang sopan dan jelas, Inggris lalu mengangkat Joyoniman sebagai kepala kawedanan Arjowinangun dengan pangkat Ngabehi.

Joyoniman juga mendapat julukan Poncogomo yang berarti lima agama, yakni disinyalir merujuk pada pandangan agama Joyoniman. Kekuasaan Inggris tidak berlangsung lama.

Kolonial Belanda kembali datang dan menggantikannya. Pada 19 Agustus 1816, Belanda kembali datang ke Pacitan. Bupati Pacitan Setrowijoyo telah digantikan oleh putranya yang kemudian dikenal Setrowijoyo II.

Dalam percakapan yang membahas soal pengelolaan tanaman kopi, Belanda terkesan dengan jawaban Joyoniman atau Poncogomo. Jawaban Joyoniman dianggap lebih cerdas daripada Bupati Setrowijoyo II.

Belanda menilai Poncogomo lebih pantas menjadi bupati Pacitan. Poncogomo atau Kiai Jimat kemudian dipilih Belanda sebagai kepala daerah (bupati) yang mampu mengawasi dan meningkatkan hasil perkebunan kopi pemerintah.

Dalam Babad Patjitan, Poncogomo saat ditanya menyatakan siap mempertahankan dirinya dari kemungkinan perlawanan Bupati Setrowijoyo II. Dia tidak akan mundur sejengkal pun dari posisinya.

“Tak lama setelah peristiwa ini, Belanda mengirimkan sepucuk surat yang menyatakan bahwa Setrowijoyo II dilepaskan dari jabatannya sebagai bupati dan menunjuk Poncogomo sebagai penggantinya dengan gelar Mas Tumenggung Jogokaryo”.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement