JAKARTA - Raden Saleh Syarif Bustaman (1814-1880) mengabadikan salah satu momen bersejarah bagi Indonesia yaitu, penangkapan Pangeran Diponegoro oleh pasukan Belanda di bawah komando Letnan Jenderal Hendrik Mercus de Kock yang terjadi pada 28 Maret 1830.
Penangkapan Pangeran Diponegoro menandakan berakhirnya perang Diponegoro atau Perang Jawa. Lukisan ini merupakan karya pertama Raden Saleh yang mulai ia buat pada 1856 dan selesai satu tahun setelahnya.
Lukisan ini berhasil menarik perhatian masyarakat terlebih para penikmat seni. Berikut alasan mengapa lukisan penangkapan pangeran diponegoro sangat terkenal.
Mengandung Nilai Sejarah
Penangkapan Pangeran Diponegoro oleh pasukan kolonial merupakan salah satu peristiwa bersejarah di Indonesia. Pangeran Diponegoro dijebak sehingga ia dapat ditangkap, Pangeran Diponegoro diundang ke Magelang untuk membicarakan kemungkinan gencatan senjata, namun kenyataannya Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya ditangkap dan diasingkan. Dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro berakhir sudah Perang Diponegoro.
Sebagai Simbol Perlawanan
Nicolaas Pieneman (1809-1860) ditugaskan oleh pemerintah kolonial untuk mendokumentasikan penangkapan Pangeran Diponegoro. Pieneman memberi nama lukisannya Penyerahan Diri Pangeran Diponegoro. Ia menggambarkan Pangeran Diponegoro berserah diri kepada pemerintah kolonial, Pangeran Diponegoro berdiri di bawah Jenderal de Kock dengan kepala menghadap ke depan, dan tangan kiri terbuka, seolah pasrah. Ia juga melukis bendera Belanda yang berkibar sebagai tanda kemenangan Belanda.
Raden Saleh tengah berada di Eropa saat peristiwa penangkapan, ia pun melihat lukisan karya Pieneman tersebut dan ia mulai membuat lukisan versi dirinya. Namun, berbeda dari karya Pieneman, Raden Saleh menggambarkan Pangeran Diponegoro mengadah ke atas, ditangisi pengikutnya, dan di sampingnya berdiri de Kock yang tampak arogan. Raden Saleh juga menghapus bendera Belanda.