Ketika ditanya apakah Arab Saudi melihat Hamas – yang dilarang sebagai organisasi teroris oleh Israel, AS, Inggris dan negara-negara Barat lainnya – sebagai bagian dari negara Palestina di masa depan, Pangeran Khalid mengatakan hal itu membutuhkan banyak pemikiran.
“Selalu ada ruang untuk perubahan jika Anda memiliki optimisme dan harapan. Namun ketika terjadi konflik, hal pertama yang harus Anda sadari adalah kedua belah pihak telah kalah,” ujarnya.
“Masalah yang kita hadapi saat ini dengan pemerintahan Israel saat ini adalah adanya perspektif ekstrem dan absolutis yang tidak berhasil mencapai kompromi dan oleh karena itu konflik tidak akan pernah bisa diakhiri,” tambahnya.
Dia tidak menjelaskan lebih lanjut, namun dua menteri sayap kanan Israel dikecam oleh AS setelah mereka baru-baru ini menyerukan agar warga Palestina dimukimkan kembali di luar Gaza.
Pangeran Khalid juga memperingatkan adanya risiko radikalisasi akibat perang tersebut, yang tidak hanya menyebabkan ribuan warga sipil tewas di Gaza tetapi juga menyebabkan kehancuran yang luas dan krisis kemanusiaan yang mendalam.
“Tingkat kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilakukan oleh kedua belah pihak – khususnya yang dilakukan oleh Israel sebagai negara yang bertanggung jawab – selama tiga bulan terakhir, saya rasa saya belum pernah melihat hal seperti ini terjadi di negara saya.” katanya.
"Jumlahnya menyedihkan, benar-benar menyedihkan,” ujarnya.
“Hal ini akan menciptakan hilangnya harapan bukan hanya di kalangan rakyat Palestina, tapi juga di antara masyarakat yang tidak terpengaruh [di seluruh dunia]. Semua orang melihat kegagalan kemanusiaan dalam apa yang terjadi, karena tidak ada yang melakukan apa pun untuk menghentikannya. Berbagai upaya sedang dilakukan, tapi itu tidak cukup,” paparnya.
(Susi Susanti)