EKUADOR – Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan Amerika Serikat (AS) mengutuk keras serangan kekerasan yang terjadi di Ekuador.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan Washington berkomitmen untuk membantu mendukung keamanan dan kemakmuran bagi rakyat Ekuador.
Juru bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan sangat khawatir dengan situasi yang memburuk dan dampak yang mengganggu kehidupan warga Ekuador.
Seperti diketahui, orang-orang bersenjata bertopeng menyerbu sebuah studio TV publik saat siaran langsung di kota Guayaquil dan bom diledakkan di seluruh Ekuador pada Selasa (9/1/2024).
Lebih dari 130 staf penjara disandera oleh narapidana di lima penjara.
Keadaan darurat selama 60 hari dimulai pada Senin (8/1/2024) setelah seorang bos gangster terkenal menghilang dari sel penjaranya.
Tidak jelas apakah serangan terhadap studio TV di kota terbesar di Ekuador itu terkait dengan hilangnya bos geng Choneros, Adolfo Macías Villamar, atau Fito, begitu ia lebih dikenal.
Beberapa jam setelah serangan yang paling berani, Guayaquil seperti sebuah kota yang terbangun dari mimpi buruk yang aneh.
Meskipun situasi keamanan memburuk dalam beberapa tahun terakhir, hanya sedikit orang yang menyangka akan menyaksikan pembawa acara saluran televisi negara TC dengan pistol diarahkan ke kepalanya, dalam siaran langsung.
Polisi telah melakukan 70 penangkapan sejak Senin (8/1/2024), termasuk sebagai respons terhadap penyerbuan stasiun TV tersebut.
Dampak dari serangan yang kurang ajar itu adalah mengirim orang untuk berlindung, bahkan sehari kemudian. Jalanan sebagian besar kosong pada hari kerja. Banyak yang mengatakan situasi tersebut mengingatkan mereka pada kehidupan di masa pandemi Covid.
Tiongkok, investor utama di Ekuador, juga mengumumkan penutupan sementara kedutaan dan konsulatnya.
(Susi Susanti)