ABDUL Kahar Muzakkar seorang tokoh pejuang kemerdekaan asal Tanah Luwu, Sulawesi Selatan. Ia juga pernah jadi pengawal Soekarno. Tapi, jasanya pada Republik Indonesia malah berbalas kekecewaan. Kahar pun memimpin pemberontakan pada negara yang dulu sangat dicintainya.
Kahar Muzakkar dikenal sebagai pendiri sekaligus pemimpin Tentara Islam Indonesia (TII) di Sulawesi yang kemudian bergabung dengan Darul Islam (DI), sebuah gerakan perjuangan untuk mewujudkan penerapan hukum Islam sebagai landasan negara dan menolak sekulerisme.
Kahar Muzakkar menggelorakan pemberontakan karena kecewa dengan Presiden Soekarno. Pemicunya karena keinginan sang patriot itu tak dikabulkan Bung Karno.
Keinginan Kahar tak muluk-muluk. Ia hanya ingin pasukannya yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) turut dileburkan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) yang sekarang dikenal sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI).
BACA JUGA:
Saat itu pemerintah pusat ingin membubarkan KGSS dengan alasan revolusi kemerdekaan sudah selesai. Kahar yang tak setuju dengan ide pembubaran pasukannya yang sudah berjasa pada perjuangan, mengirimkan surat ke pemerintah pusat dan pimpinan APRI, meminta agar segenap barisan KGSS dimasukkan ke dalam APRI dengan nama “Brigade Hasanuddin”.
Sayang, permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh Presiden Soekarno dengan alasan mayoritas anggota KGSS tak memenuhi syarat sebagai tentara yang profesional. Hanya segelintir yang lolos dalam saringan perekrutan APRI. Selebihnya para anggota KGSS akan dijadikan bagian dari Korps Cadangan Militer.
Tentu saja sikap Presiden Soekarno itu sangat tak sesuai dengan harapan Kahar Muzakkar.
Dikutip dari buku buku “100 Tokoh yang Mengubah Indonesia”, penolakan permintaannya oleh Soekarno membuat kekecewaan Kahar memuncak.
BACA JUGA:
Beberapa bulan kemudian, pemerintah pusat coba persuasif dengan memberinya pangkat Overste atau Letnan Kolonel, demi meredam kekecewaan Kahar. Tapi ketika akan dilantik pada 17 Agustus 1951, Kahar justru kabur dengan membawa serta sejumlah persenjataan. Dia pun menggelorakan pemberontakan terhadap pemerintah.
Sebelumnya, Kahar sudah pernah beberapa kali dikecewakan pemerintah pusat. Salah satu persoalan sebelum tuntutannya pada 30 April 1950 itu adalah terkait pembentukan Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), Oktober 1945.
Tapi KRIS justru lebih “dikuasai” golongan Mihanasa-Manado dan membuat perannya sebagai sekretaris terkucilkan, sampai memutuskan keluar dari KRIS.
Terlepas dari hal itu setelah tuntutannya ditolak Soekarno, Kahar membentuk brigadenya sendiri. Pada 7 Februari 1953, Kahar memutuskan bergabung dengan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pimpinan Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo.
Gerakan pasukannya yang berkekuatan sekitar 15 ribu pengikut, mengatasnamakan agama dan sepak terjangnya lebih kepada melancarkan teror kaum aristokrat dan para bangsawan yang bertentangan dengannya.
BACA JUGA:
Di tahun itu pula, muncul pemberontakan lain di Sulawesi, Perdjuangan Rakjat Semesta (Permesta). Di sisi lain, pemberontakan Kahar justru juga mulai melemah akibat ‘digembosi’ dari dalam sejak 1957.
Pergerakan pasukan Kahar mulai tak mendapat aliran suplai dari Andi Selle, pensiunan APRI. Seperti disadur dari buku ‘Tragedi Patriot dan Pemberontak Kahar Muzakkar”, Andi Selle dipengaruhi Pangdam XIV/Hasanuddin, Kolonel Muhammad Jusuf, untuk tak lagi ikut campur dalam penyaluran suplai pasukan Kahar.
Jusuf juga berkehendak berunding dengan Kahar untuk menyelesaikan konflik. Tapi di tengah jalan, pemberontak simpatisan Andi Selle malah menembaki mobil Jusuf.
Beruntung, Jusuf selamat dan di hari berikutnya, Jusuf melayangkan laporan kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Letnan Jenderal Achmad Jani dan Presiden Soekarno, bahwa perundingan tak dibutuhkan lagi.
Di saat itulah dikirim pasukan TNI dari Jawa untuk melancarkan “Operasi Kilat”. Di satu pihak, pasukan Kahar kian berkurang, terlebih setelah koleganya, Bahar Mattaliu “termakan” propaganda pemerintah, bahwa Presiden Soekarno memberi amnesti pada semua yang ingin menyerah.