Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Asal Muasal Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Lahir dari Persoalan Masa Hayam Wuruk

Avirista Midaada , Jurnalis-Sabtu, 27 Januari 2024 |08:04 WIB
Asal Muasal Semboyan Bhinneka Tunggal Ika, Lahir dari Persoalan Masa Hayam Wuruk
Hayam Wuruk. (Foto: Dok Ist)
A
A
A

BHINNEKA Tunggal Ika muncul pertama kali dari konsep keagamaan baru di era Kerajaan Majapahit. Pencetusnya adalah Mpu Tantular pujangga yang terkenal dengan karya - karya sastranya.

Mpu Tantular menuliskan konsep Bhinneka Tunggal Ika ini pada suatu kakawin yang berjudul Purudasanta, atau yang lebih dikenal dengan nama Sutasoma. Saat itu konon permasalahan keagamaan tengah dihadapi Kerajaan Majapahit.

Dikutip dari "700 Tahun Majapahit Suatu Bunga Rampai”, hubungan antara agama Hindu Siwa dan agama Buddha Mahayana memang berdampingan begitu bagus. Namun saat pemerintahan Majapahit waktu itu masih jelas bahwa kedua agama itu terpisah satu dari yang lain.

Masing-masing agama mempunyai candi-candi yang berbeda dan terpisah, masing-masing bahkan mempunyai arca-arca pemujaan yang dapat dibedakan dengan jelas satu sama lain. Hanyalah Prasasti Kelurak yang ditulis pada tahun 782 Masehi, satu-satunya yang memberikan ungkapan penyamaan antara suatu konsep kebenaran agama Buddha dengan konsep kebenaran agama Siwa.

Dari sanalah akhirnya rumusan lebih tegas terkait hubungan antara kedua agama ini dicetuskan pada Kakawin Sutasoma. Kakawin ini ditulis semasa pemerintahan Sri Rajasanagara atau yang dikenal dengan Hayam Wuruk dengan bahasa Jawa kuno.

Pada Pupuh CXLVII bait satu jelas-jelas mengatakan bahwa karyanya itu adalah sebuah boddhacarita atau cerita yang bersifat buddha. Sementara bait yang mengandung ungkapan Bhinneka Tunggal Ika terdapat pada Pupuh CXXXIX dengan bahasa Jawa kuno berbunyi.

 BACA JUGA:

“rwaneka dhatu winuwus wara Buddha Wiswa bbhineki rakwa ring apan ke parwwanose'n mangkaang jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal bbinneka tunggal ika tan bana dharmma mangrwa".

Bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia Pupuh CXXXIX poin lima itu berbunyi "dikatakan bahwa mereka yang terpilih, Buddha dan Wiswa (Siwa) merupakan dua elemen dasar, tidak tunggal terpisah itu konon karena dapat segera dibagi dua, (padahal) dalam pada itu ke-jina-an (kebuddhaan) dan kebenaran Siwa itu tunggal itu terpisah (tetapi juga) tunggal, tak ada kebenaran yang mendua.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement