Pada bait itu terungkap dewa Siwa disamakan dengan Buddha. Lebih tegas bahkan diingatkan bahwa ada kebenaran Siwa - Buddha yang halus dan penuh kasih. Pertemuan dan penyatuan Siwa dan Buddha ini pun telah dimulai dengan tegas sejak zaman Singasari yakni saat raja terakhir Kertanagara setelah meninggal dibuatkan arca peringatan dalam wujud sebagai Siwa maupun Buddha.
Perumusan - perumusan yang dihasilkan di zaman Majapahit baik dalam bentuk sastra maupun arsitektur, pada dasarnya merupakan daya kreatif untuk mengatasi keanekaan agama. Masalah keanekaragaman tersebut perlu dikelola dalam rangka upaya bina negara di zaman Kerajaan Majapahit.
(Qur'anul Hidayat)