“Kelompok ini telah berlangsung selama 9 generasi dan dimulai pada masa sekolah menengah atas. Agit tersebut akan merekrut anggota untuk bergabung dengan geng-geng ini, dan imbalan untuk bergabung dengan geng-geng ini bervariasi, seperti ditawari uang untuk bergabung, memiliki akses ke tempat parkir dekat binus,” tulis ibu korban di media sosial.
Para agit akan mencari anggota baru untuk masuk geng mereka. Mereka biasanya berkumpul di sebuah warung kecil di belakang sekolah yang diberi nama Warung Ibu Gaul. Mereka selalu berkumpul di sana sepulang sekolah, di sana mereka melakukan tindakan menyimpang seperti merokok, vaping, dan kekerasan.
Dalam mencari anggota baru geng ini, para siswa diiming-imingi dengan beberapa benefit jika masuk geng tai ini. Seperti, mendapatkan uang, mendapat tempat parkir di dekat Binus, dan imbalan utamanya adalah status mereka di sekolah.
Di sekolah, mereka yang bergabung dalam geng memiliki status lebih tinggi. Mereka yang tidak mau bergabung dalam geng akan mendapatkan perlakuan tidak enak seperti di-bully.
Anggota baru pun diminta untuk menuruti kemauan para anggota lama agar dapat dikatakan secara resmi tergabung menjadi anggota geng. Biasanya mereka diminta untuk membelikan makanan, meneriakkan nama, mendapat perlakuan keras dari senior mereka, hingga pelecehan seksual.
Dalam peristiwa perundungan ini, terdapat lebih dari 40 siswa yang terlibat. Beberapa siswa di-skors ataupun di-drop out tergantung sejauh apa mereka terlibat.
(Rina Anggraeni)