Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Eks Petinggi WHO Dukung Pemerintah Edukasi Masyarakat Bahaya Rokok

Nadiyah Aulia , Jurnalis-Senin, 26 Februari 2024 |22:53 WIB
Eks Petinggi WHO Dukung Pemerintah Edukasi Masyarakat Bahaya Rokok
Ilustrasi Rokok/Freepik
A
A
A

JAKARTA - Mantan Direktur Kebijakan Penelitian dan Kerja Sama WHO, Tikki Pangestu, mendukung Pemerintah Indonesia memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya merokok dan membantu perokok dewasa berhenti dari kebiasaannya.

Dikatakannya, untuk mendukung keberhasilan upaya ini, diperlukan komitmen dari semua pihak utamanya pemerintah.

“Hal ini membutuhkan kemauan dan komitmen politik, sumber daya, dukungan dari para pemangku kepentingan dan kebijakan yang rasional untuk memberikan sarana dan prasarana yang adil dalam menjangkau berbagai metode yang ada bagi mereka yang ingin berhenti dari kebiasaannya,” ujarnya, Senin (26/2/2024).

Menurutnya, Pemerintah Indonesia dapat memanfaatkan produk tembakau alternatif untuk menurunkan prevalensi sekaligus memitigasi epidemi merokok.

“Produk tembakau alternatif bahkan lebih efektif daripada NRT (Nicotine Replacement Therapy) dalam membantu perokok dewasa yang ingin beralih dari kebiasaannya,” tegas pakar di bidang kesehatan publik ini.

Di tempat terpisah, mantan pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Robert Beaglehole dan Ruth Bonito, mengulas potensi produk tembakau alternatif dalam menurunkan prevalensi merokok dalam laporan yang diterbitkan di jurnal kesehatan global, The Lancet.

Laporan berjudul “Harnessing Tobacco Harm Reduction” pada Februari 2024 tersebut mengungkapkan bahwa kebijakan pengendalian tembakau saat ini belum mampu mengurangi jumlah perokok secara signifikan.

Secara global, hanya 30 persen dari seluruh negara di dunia yang berada pada jalur tepat untuk mencapai target penurunan angka perokok pada 2030, yang ditetapkan WHO.

"Pengendalian tembakau (yang saat ini dilakukan) tidak didasarkan pada bukti terbaru mengenai peran produk tembakau alternatif yang inovatif dalam membantu perokok dewasa beralih ke produk lebih rendah risiko," demikian tertulis dalam laporan The Lancet.

Menurut Robert dan Ruth, gagalnya strategi penurunan angka perokok karena WHO menolak konsep pengurangan bahaya tembakau. Selama ini, banyak orang merokok karena ketergantungan nikotin.

Adanya konsep pengurangan bahaya tembakau berfungsi untuk membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaannya dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko daripada rokok, namun tetap dapat menghantarkan nikotin bagi penggunanya.

“Sayangnya, WHO menolak konsep pengurangan bahaya. Penentangan ini tidak didasarkan pada kemajuan teknologi abad ke-21 dan terlalu dipengaruhi oleh kepentingan pribadi yang mendorong penentangan nikotin," ungkapnya.

Keduanya menilai pendekatan pengurangan bahaya tembakau dengan produk tembakau alternatif merupakan kebutuhan yang mendesak. Dukungan pemerintah dan otoritas kesehatan, komitmen seluruh pemangku kepentingan, serta penerapan strategi pengurangan bahaya tembakau merupakan langkah penting dalam mengurangi risiko yang diakibatkan merokok.

(Fahmi Firdaus )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement