LONDON - Saat bulan sabit menghiasi langit malam, jutaan umat Islam di seluruh dunia bersiap untuk memulai bulan suci refleksi spiritual, disiplin diri, dan keharmonisan komunal yang dikenal sebagai Ramadhan. Di kota metropolitan London, Inggris yang ramai, komunitas Muslim yang beragam dan bersemangat berkumpul untuk memperingati bulan penting ini, menciptakan rangkaian tradisi dan perayaan yang mencerminkan kekayaan sejarah Islam.
London, dengan latar belakang permadani multikulturalnya, memberikan latar belakang unik dalam perayaan Ramadhan. Komunitas Muslim di kota ini, yang mewakili beragam etnis dan latar belakang budaya, berkumpul untuk merayakan bulan suci ini dengan perpaduan adat istiadat tradisional dan pengaruh kontemporer.
Menurut University of the Arts London, salah satu tradisi yang paling dijunjung selama Ramadhan adalah Buka Puasa saat matahari terbenam. Komunitas Muslim London menyelenggarakan acara buka puasa besar di masjid, pusat komunitas, dan bahkan ruang publik, mengundang orang-orang dari semua agama untuk mengambil bagian dalam perayaan tersebut. Rangkaian hidangan lezat dari berbagai tradisi budaya melambangkan persatuan dan keberagaman dalam masyarakat.
Selama Ramadhan, banyak masjid di London membuka pintunya untuk umum, memberikan kesempatan bagi non-Muslim untuk belajar tentang praktik dan prinsip-prinsip Islam. Open house ini menumbuhkan pemahaman, toleransi, dan kohesi masyarakat.
Bagian integral dari Ramadhan adalah memberi kembali kepada masyarakat. Komunitas Muslim London secara aktif terlibat dalam inisiatif amal, menyelenggarakan acara amal, dan berkontribusi pada badan amal lokal. Semangat kemurahan hati dan kasih sayang selama bulan ini melampaui batas-batas agama, menciptakan rasa solidaritas di antara beragam komunitas di kota ini.
Malam Ramadhan diselingi dengan ibadah khusus yang dikenal sebagai salat Tarawih, yang dilakukan di masjid-masjid di seluruh London. Doa yang panjang dan tenang ini memungkinkan umat Islam untuk terhubung dengan spiritualitas mereka, mencari pengampunan dan bimbingan selama bulan paling suci dalam kalender Islam.
Di London, perayaan Ramadhan tidak terbatas pada praktik keagamaan saja. Populasi Muslim yang beragam di kota ini memasukkan unsur-unsur budaya dari kampung halaman mereka ke dalam perayaan tersebut. Musik, seni, dan sastra tradisional mendapat tempat di samping ritual keagamaan, menciptakan kekayaan permadani yang mencerminkan esensi multikultural London.
Ramadhan di London adalah waktu introspeksi spiritual, ikatan komunitas, dan perayaan budaya. Komunitas Muslim di kota ini, meski berakar pada tradisi sejarah Islam, telah menjalin beragam adat istiadat yang mencerminkan semangat multikultural London. Saat matahari terbenam di kota metropolitan yang dinamis ini, pengalaman Ramadhan bersama menjadi jembatan yang menghubungkan orang-orang dari berbagai agama dan latar belakang dalam perayaan persatuan dan harmoni.
(Susi Susanti)