Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Cerita Soeharto Bikin Kelabakan Pejabat, saat Ingin Ibadah Haji sebagai Warga Biasa

Awaludin , Jurnalis-Rabu, 13 Maret 2024 |04:01 WIB
 Cerita Soeharto Bikin Kelabakan Pejabat, saat Ingin Ibadah Haji sebagai Warga Biasa
Presiden Soeharto dan keluarga saat laksanakan ibadah haji pada 1991 (foto: dok ist)
A
A
A

Ikut mendampingi Panglima ABRI Try Sutrisno, Danseskoad Letjen Faisal Tandjung, Pangkostrad Mayjem Wismoyo Arismunandar, Gubernur Jawa Barat Yogie S Memet, Gubernur Sumut Raja Inal Siregar, dan Gubernur Sumsel Ramly Hasan Basri.

"Adapun Ajudan Presiden, Kolonel Wiranto terus melekat di samping beliau. Begitu juga Ketua Tim TPHI Kolonel Hendro Priyono," tuturnya.

Biro perjalanan haji PT Tiga Utama yang mengurusi keperluan haji Presiden Soeharto dan keluarga menyediakan tenda transit, letaknya tak jauh dari tenda utama khotbah wukuf. Sebuah kebetulan, wukuf bertepatan dengan hari Jumat. Haji tahun itu pun disebut sebagai Haji Akbar. Pak Harto dan rombongan tiba di tenda transit sekitar pukul 11.00 waktu Arab Saudi. Semua mengenakan pakaian ihram.

Setelah transit setengah jam, rombongan Kepala Negara pindah ke tenda utama. Seraya mengucapkan salam, Pak Harto masuk ke tenda. Semua jamaah haji pun tertegun melihat Pak Harto yang hadir di tengah-tengah mereka.

"Pak Harto mengucapkan salam dan langsung masuk ke tenda utama. Sedangkan Ibu Tien Suharto berada di bagian belakang yang dikhususkan untuk jamaah wanita," kata Emron.

Menurutnya, khotbah wukuf disampaikan oleh KH Qosim Nurseha dan salat Jumat dipimpin KH Hikmatullah. Banyak yang menangis ketika KH Qosim Nurseha menyampaikan khotbah. Di mana mana terdengar isyak tangis.

"Sekitar jam 14.00 Pak Harto dan rombongan inti pindah ke Tenda Raja Saudi di atas Bukit Arafah. Mereka melanjutkan wukuf di tempat yang disediakan Pemerintah Saudi. Sejumlah tentara baret merah Saudi Arabia, dengan senjata terhunus siaga mengawal Pak Harto," katanya.

Kesuksesan penyelenggaraan haji Pak Harto dan keluarga membawa Maftuh Basuni ke Istana. Usai perhelatan haji, pria kelahiran Rembang, 4 November 1939 itu dipanggil pulang ke Jakarta dan bertugas sebagai Kepala Protokol Kepresidenan.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement