Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Peristiwa 17 Maret: Gunung Agung Bali Meletus Setara Letusan Gunung Vesuvius

Qur'anul Hidayat , Jurnalis-Minggu, 17 Maret 2024 |02:08 WIB
Peristiwa 17 Maret: Gunung Agung Bali Meletus Setara Letusan Gunung Vesuvius
Gunung Agung meletus pada 1963. (Foto: Robert F Sisson/National Geographic/Getty Images/BBC)
A
A
A

BERBAGAI peristiwa dan catatan sejarah penting terjadi baik dalam maupun luar negeri yang terjadi pada tanggal 17 Maret tiap tahunnya. Salah satunya adalah letusan Gunung Agung Bali.

Untuk mengingat ataupun menambah wawasan sejarah, Okezone telah merangkum sejumlah peristiwa dan kejadian penting di tanggal 17 Maret dari berbagai sumber, antara lain:

1. Letusan Gunung Agung Bali

Pada 17 Maret 1963, Gunung Agung meletus dengan Indeks Letusan sebesar VEI 5 (setara letusan Gunung Vesuvius) dan kembali meletus pada tanggal 17 Mei 1963. Jumlah kematian yang disebabkan seluruh proses letusan Gunung Agung mencapai 1.148 orang dengan 296 orang luka-luka.

 BACA JUGA:

Letusan ini dicatat oleh Ida Pedanda Made Sidemen dalam kolopon lontar ‘Pūjā Pañambutan’ yang disalinnya dengan pangéling-éling (pesan pengingat) tentang letusan Gunung Agung tahun 1963, yang diikuti kekacauan politik tahun 1965.

2. Perjanjian Salatiga

Perjanjian Salatiga adalah perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 Maret 1757 di Salatiga. Perjanjian ini diadakan untuk menyelesaikan perselisihan atas Perjanjian Giyanti tahun 1755.

Perjanjian politik ini memutuskan kepada kedua belah pihak antara Pakubuwana III dan Hamengkubuwana I dengan berat hati, membagi untuk kedua kalinya beberapa wilayah Mataram kepada Pangeran Sambernyawa.

 BACA JUGA:

Perjanjian ini ditandatangani oleh Pangeran Sambernyawa, Pakubuwana III, Hamengkubuwana I dan VOC di sebuah gedung bernama Gedung Pakuwon yang terletak di Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah.

3. Kelahiran Budayawan Indonesia Cak Nur

Prof. Dr. Nurcholish Madjid, M.A. lahir 17 Maret 1939 dan meninggal dunia pada 29 Agustus 2005.

Ia populer dipanggil Cak Nur yang dikenal sebagai seorang pemikir Islam, cendekiawan, dan budayawan Indonesia. Pada masa mudanya sebagai aktivis dan kemudian Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Cak Nur menjadi satu-satunya tokoh yang pernah menjabat sebagai ketua Umum HMI selama dua periode. Ide dan gagasannya tentang sekularisasi dan pluralisme pernah menimbulkan kontroversi dan mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan masyarakat.

Nurcholish pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, dan sebagai Rektor Universitas Paramadina, sampai dengan wafatnya pada tahun 2005.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement