Sunan Ampel yang mendengar sayembara tadi lantas berkata beberapa patah kata kepada santrinya yang juga bakal jadi calon menantunya. Sunan Ampel menyebut sudah menjadi takdir dari Allah bahwa Sunan Giri atau Raden Paku akan diambil menantu oleh Ki Ageng Bungkul dan dijodohkan dengan anak perempuannya, Dewi Wardah.
Tetapi Sunan Giri muda masih tak percaya, sebab ia akan menikah dengan Dewi Murtasiah putri dari Sunan Ampel. Meski demikian, Sunan Ampel kembali meyakinkan santrinya agar menerima takdir dari Allah tersebut.
"Tidak mengapa Raden, nanti setelah engkau saya ijabkan dengan Dewi Murtasiah, hari itu pula juga engkau diijabkan lagi dengan Dewi Murtasiah," jawab Sunan Ampel kepada Sunan Giri untuk meyakinkan kembali.
Cerita lain berkembang dimana saat itu Ki Ageng Bungkul melemparkan buah delima yang telah masak itu ke tengah Sungai Kali Mas. Kebetulan sungai itu mengalir membelah Kota Surabaya dan setiap harinya menjadi salah satu sumber air santri di pondok pesantren Sunan Ampel mengambil air wudhu dan mandi.
Suatu ketika Raden Paku konon tengah mandi dan mengambil air wudhu di Kali Mas. Baru saja Sunan Giri muda berendam menceburkan diri ke sungai, tersentuhlah buah delima itu ke badannya. Kemudian buah delima itu diambilnya dan diserahkan ke gurunya Sunan Ampel.
Ki Ageng Bungkul kemudian menuruti aliran sungai dan mencari siapa orang yang menemukan buah delimanya itu. Ia telah berjanji barang siapa yang menemukan buah delimanya itu akan dijodohkan dengan putrinya Dewi Wardah. Ternyata saat ditelusuri yang beruntung menemukan buah delima itu adalah Raden Paku.
Pada akhirnya Raden Paku akhirnya menikah dua kali, artinya sehari Sunan Giri muda mendapat istri dua sekaligus dalam waktu tak berselang lama. Sunan Giri atau Raden Paku kemudian dinikahkan dengan Dewi Wardah setelah pada hari itu pula dengan putri Sunan Ampel bernama Dewi Murtasiah. Menyaksikan peristiwa itu, Nyai Gede Pinatih ibu angkat Raden Paku sangat gembira.
(Awaludin)