"Saya berpikir mendalam dan merasakan banyak kesedihan untuk semua korban. Sepanjang hidup saya, saya akan menyesali apa yang terjadi.,” terangnya, dikutip AFP.
"Saya tidak pernah mengira dia akan melakukan hal itu, saya tidak pernah menyangka dia menjadi radikal,” lanjutnya.
Seperti diketahui, kejadian ini terjadi sekitar pukul 20.00 waktu setempat pada 11 Desember 2018, Chekatt. Pelaku memiliki serangkaian hukuman pidana dan termasuk dalam daftar pantauan orang-orang yang mewakili potensi ancaman terhadap keamanan nasional. Dia memasuki pusat bersejarah Strasbourg dengan membawa pistol dan pisau.
Dia melepaskan tembakan sambil meneriakkan "Allahu Akbar" ("Tuhan Maha Besar") sebelum membunuh lima orang secara acak dan melukai 11 orang lainnya.
Dia berhasil melarikan diri dari daerah tersebut dengan melompat ke dalam taksi, sebelum ditemukan oleh polisi setelah perburuan selama 48 jam.
Kelompok Negara Islam (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dan sebuah video yang menyatakan kesetiaan kepada kelompok tersebut ditemukan di rumah Chekatt. Namun Menteri Dalam Negeri Perancis saat itu, Christophe Castaner, meragukan klaim tersebut dan mengatakan bahwa mereka mendapat pujian atas serangan yang tidak direncanakan.
(Susi Susanti)